Membandingkan Pola Pengembangan Cerpen dan Fabel UNBK Bahasa Indonesia Kelas 9

ilmubindo.com | Alur (plot) merupakan bagian dari unsur intrinsik suatu karya sastra. Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Akan tetapi, pola pengembangan cerita suatu cerpen atau fabel tidaklah seragam.

Alur dapat dikategorikan dalam dua kategori, yaitu kronologis dan tak kronologis. Alur berkategori kronologis adalah alur lurus atau atau alur maju disebut progresif. Alur berkategori tak kronologis adalah sorot balik (flash-back), mundur, disebut regresif. Alur lurus atau maju jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis. Peristiwa pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa kemudian. Alur sorot balik jika cerita tidak dimulai dari tahap awal, tetapi mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Karya yang beralur jenis ini langsung menyuguhkan adegan-adegan konflik yang telah meruncing. Alur campuran, secara garis besar dalam cerita terdapat alur maju, tetapi didalamnya sering terdapat adegan-adegan sorot balik.

Membandingkan Pola Pengembangan Cerpen dan Fabel UNBK Bahasa Indonesia Kelas 9
www.ilmubindo.com

Alur atau plot dibedakan kedalam beberapa tahapan. Secara umum tahapan dibagi dalam bagian-bagian berikut.
  • Tahap penyituasian (situation)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh serta menata adegan dan hubungan antartokoh. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal.
  • Tahap pemunculan konflik (generating circumstances)
Konflik atau masalah-masalah dalam tahap ini mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik. Konflik tersebut akan berkembang atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.
  • Tahap peningkatan konflik (rising action)
Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan.
  • Tahap klimaks (climax)
Konflik yang dialami para tokoh cerpen mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagi pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.
  • Tahap penyelesaian (denouement)
Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Kemudian, cerita diakhiri.
Selain alur, pola pengembangan cerita dapat berupa cerita dalam bentuk dialog atau narasi. Pola pengembangan cerita juga dapat berupa penyebutan tokoh.
Bahasa dalam cerpen dan fabel akan berbeda. Cerpen biasanya menggunakan cerita Pop sesuai tuntutan zaman. Sementara itu, bahasa yang digunakan dalam fabel menggunakan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.


Ada beberapa pengarang cerpen menggunakan bahasa lokal tempat ia berasal. Pemilihan bahasa tersebut menandakan kekhasan pengarang cerpen tersebut. Sebagai contoh sastrawan Umar Kayam dalam cerpennya sering diselipi penggunaan istilah bahasa Jawa.  
  • Ciri-Ciri Teks Cerpen
a. Menceritakan satu kejadian dari terjadinya perkembangan jiwa dan krisis,tetapi tak sampai menimbulkan perubahan nasib.
b. Penggunaan kata sangat ekonomis dan mudah untuk dikenal oleh masyarakat.
c. Tidak melukiskan seluruh kehidupan pelaku karena mengangkat masalah tunggal saja.
d. Penokohannya begitu sederhana, singkat serta tak mendalam.
e. Sumber cerita berasal dari kehidupan sehari-hari baik itu pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.
f. Tokoh dilukiskan mengalami konflik hingga dengan penyelesaian konflik tersebut.
g. Memiliki bentuk tulisan yang padat, singkat, dan lebih pendek dibandingkan dengan novel.
h. Meninggalkan kesan yang mendalam dan efek terhadap perasaan pembaca.
  • Ciri-Ciri Teks Fabel
a. Dalam cerita fabel, paling baik yang diceritakan adalah antara karakter manusia yang lemah dan kuat.
b. Menggunakan setting/latar alam.
c. Hewan yang sebagai tokoh utama dapat bertingkah seperti manusia yaitu berbicara dan berpikir.
d. Menunjukkan panggambaran moral/unsur moral dan karakter manusia dan kritik tentang kehidupan di dalam cerita.
e. Menggunakan tokoh hewan dalam penceritaannya.
f. Penceritaannya yang pendek.
g. Menggunakan pilihan kata yang mudah.



Contoh Soal:

1. Cermatilah kedua kutipan cerpen dan fabel berikut!
Kutipan Cerpen
Suminah teringat suara anaknya, Titin. "Ibu memang egois, apa begitu besar kesalahan saya, Bu, sampai-sampai ibu tidak bisa memaafkan saya," lanjut Titin. "Titin benar." Suminah membatin. Tetapi, haruskah ada maaf untuk seorang anak, darah daging sendiri yang tega menyakiti orang tuanya sendiri? Titin terus merajuk. Akhirnya hati Suminah luluh juga atas rajukan Titin.
Teks Fabel
Si Kupu-kupu mengangkat ranting itu yang menurunkannya di tempat yang aman.
Kemudian, sang Semut berterima kasih kepada Kupu-kupu karena Kupu-kupu telah menyelamatkan nyawanya. Ia memuji Kupu-kupu sebagai binatang yang hebat dan terpuji. Mendengar pujian itu, Kupu-kupu berkata kepada Semut. "Aku adalah kepompong yang pernah kau ejek," kata si Kupu-kupu. Ternyata, kepompong yang dulu ia ejek sudah menyelamatkan dirinya.

Perbandingan pola pengembangan kedua kutipan tersebut adalah ....
A. Cerpen: tokoh manusia, bagian resolusi
Fabel: tokoh hewan, bagian resolusi
B. Cerpen: tokoh utama ibu, bagian resolusi
Fabel: tokoh utama aku, bagian resolusi
C. Cerpen: tokoh manusia, bagian orientasi, 
Fabel: tokoh hewan, bagian orientasi.
D. Cerpen: tokoh utama ibu, bagian orientasi
Fabel: tokoh utama aku, bagian orientasi

2. Bacalah kutipan kedua kutipan fabel berikut!
Kutipan Fabel I
Buaya dan burung penyanyi bersahabat akrab, Hari ini mereka asyik bercakap. Burung penyanyi bertengger di hidung buaya. Namun beberapa saat kemudian, buaya merasa mengantuk. Ia menguap dan membuka mulutnya lebar-lebar. Oh, burung penyanyi yang bertengger di hidung buaya terpeleset masuk ke dalam mulut buaya. Sayangnya, buaya tidak tahu. Ia bingung mencari burung penyanyi yang kini tak ada lagi di hidungnya.
"Aneh! Ke mana burung penyanyi?" gumam buaya. Ia pasti sedang mengajakku bercanda."
Buaya melihat ke belakang, ke ekornya. Namun burung itu tidak ada. Buaya lalu mencari burung penyanyi di semak-semak. Ia memasukkan moncongnya ke semak-semak di tepi sungai. Namun burung penyanyi tetap tidak ditemukannya.
"Ke mana ia?" gumam buaya kembali.
Kutipan Fabel II
Setelah lama terdiam, "Hmm, aku ada ide," kata si kancil tiba-tiba.
"Begini, kau bilang pada harimau kalau aku telah menghajarmu karena telah menggangguku. Katakan juga pada si harimau bahwa aku akan menghajar siapa saja yang berani menggangguku, termasuk harimau, karena aku sedang menjalankan tugas penting," kata kancil pada kelinci.
"Tugas penting apa, cil?" tanya kelinci heran.
"Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti mencariku, antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung jalan itu. Aku akan menunggu harimau di sana."
"Tapi aku takut, cil. Benar nih rencanamu akan berhasil?" kata kelinci.
"Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku si kancil yang cerdik."
"Iya, iya. Aku percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah kamu jadi lebih sombong dari si harimau lagi."

Perbedaan pola pengembangan pada kutipan fabel tersebut adalah ....
A. Kutipan Fabel I: menggunakan alur maju
Kutipan Fabel II: menggunakan alur sorot balik
B. Kutipan Fabel I: menggunakan alur sorot balik
Kutipan Fabel II: menggunakan alur maju
C. Kutipan Fabel I: menggunakan sebutan aku
Kutipan Fabel II: menggunakan sebutan nama tokoh
D. Kutipan Fabel I: menggunakan paparan
Kutipan Fabel II: menggunakan bentuk dialog 

3. Cermatilah kedua kutipan berikut!
Kutipan Cerpen
Ibu dan anak itu segera membuka bungkusan. Namun, di dalam bungkusan itu bukan emas berkilau, tetapi ular yang mengejar ibu tiri dan Bawang Merah yang berlari pergi dari rumah Bawang Putih, pergi dari desa tempat Bawang Putih tinggal.
Kutipan Fabel
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor Semut berjalan-jalan di taman. Ia sangat bahagia karena bisa berjalan-jalan melihat taman yang indah. Sang Semut berkeliling taman sambil menyapa binatang-binatang yangh berada di taman itu.

Perbandingan pola pengembangan kedua kutipan tersebut adalah ....
A. Cerpen: siapa, bagaimana
Fabel: bagimana, mengapa
B. Cerpen: kapan, mengapa
Fabel: siapa, apa
C. Cerpen: siapa, apa
Fabel: kapan, mengapa
D. Cerpen: di mana, mengapa
Fabel: mengapa, kapan

4. Bacalah kutipan cerpen dan fabel berikut!
Kutipan Cerpen
Ia tiba-tiba muncul di muka pintu. Tubuhnya kurus, di sampingnya berdiri anak remaja. Katanya itu anaknya yang bungsu. Kupersilahkan duduk sambil bertanya-tanya dalam hati, siapa mereja berdua? "Kita teman bermain waktu kecil. Di bawah pohon bambu. Tidak jauh dari tepi Danau Toba," katanya memperkenalkan diri. Wau, kataku dalam hati. Itu enam puluh tahun yang lalu. Ketika itu masih anak kecil, usia empat tahun barangkali. "Ketika sekolah SD kau pernah pulang ke kampung dan kita bersama-sama satu kelas pula," katanya melanjutkan. Aku tersenyum sambil mengangguk-angguk. Belum juga dapat kutebak siapa mereka. Ia seakan-akan mengetahui siapa mereka sesungguhnya. "Wajahmu masih seperti dulu," katanya melanjutkan.
Kutipan Fabel
Gerombolan semut-semut hitam tengah mengangkut bangkai lalat ke dalam sarangnya. Oto si Demut jantan yang terkenal gigih pun bersama kawan sekoloninya sedang bersemangat menapaki tangkai demi tangkai pohon. "Hei Oto! Ke sini cepat, ada bangkai lagi. Cepat!" teriak Matis si semut tua yang masih bersemangat layaknya semut-semut muda. Oto pun naik ke atap, ke arah Matis berada. Benar saja, di sana ada bangkai lalat yang cukup besar. Dengan sigap rahang capitnya yang kuat menggigit bangkai lalat yang malang itu bersama dengan Matis. Kemudian banyak rekan-rekannya yang lain datang membantu. Ada Toka, Avo, Hoho, dan Boto. Mereka adalah semut-semut muda yang giat bekerja.

Perbandingan pola pengembangan kedua kutipan tersebut adalah ....
A. Cerpen: tokoh manusia, bagian resolusi
Fabel: tokoh hewan, bagian resolusi
B. Cerpen: tokoh utama aku, bagaian resolusi
Fabel: tokoh utama semut, bagian resolusi
C. Cerpen: tokoh manusia, bagian orientasi
Fabel: tokoh hewan, bagian orientasi
D. Cerpen: tokoh utama aku, bagian orientasi
Fabel: tokoh utama semut, bagian orientasi

5. Bacalah kutipan cerpen dan fabel berikut!
Kutipan Cerpen
Dari kamar ibu yang tertutup melata kabut. Kabut itu berjelanak dari celah bawah pintu. Merangkak memenuhi ruang tengah, ruang tamu, dapur, kamar mandi, hingga merebak ke teras depan.
Awalnya, orang-orang mengira bahwa rumah kami tengah sesak dilalap apai. Tapi kian waktu mereka kian bosan membicarakannya, karena mereka tak pernah melihat api sepercik pun menjilati rumah kami.
Kutipan Fabel
Dua ekor domba berjalan dengan tegapnya dari arah yang berlawanan di sebuah perbukitan yang sangat curam, saat itu secara tidak senggaja, mereka secara bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang yang di bawahnya mengalir air sungai yang sangat deras.
Sebauh batang pohon yang telah lama jatuh, telah dijadikan sebagai jembatan untuk menyeberangi jurang tersebut. Batang pohon yang dijadikan jembatan tersebut sangatlah teramat kecil sehingga tidak dapat dilalui secara bersamaan oleh dua ekor musang dengan selamat, apalagi dilalui oleh dua ekor domba.

Perbandingan pola pengembangan kedua kutipan tersebut adalah ....
A. Cerpen: siapa, apa
Fabel: bagaimana, mengapa
B. Cerpen: kapan,kapan
Fabel: bagaimana, apa
C. Cerpen: siapa, apa
Fabel: kapan, mengapa
D. Cerpen: di mana, kapan
Fabel: siapa, apa

6. Bacalah kedua kutipan cerpen berikut!
Kutipan Cerpen I
"Sudah saya pikir masak-masak."
Saya terkejut.
"Pikirkan sekali lagi! Bapak kasi waktu satu bulan!"
Taksu menggeleng.
"Dikasih waktu satu tahun pun  hasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi guru."
"Tidak! Kamu pikir saja dulu satu bulan lagi!"
....
Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa krupuk ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah laptop baru yang paling canggih, sebagai kejutan.
Kutipan Cerpen II
"Jadi, apa yang membawamu kemari?"
"Kenangan."
"Palsu! Kalau hanya ini soal kenangan, tidak perlu menunggu 10 tahun setelah keluargamu kembali dan menetap 30 kilometer saja dari sini."
Saya tersenyum. Hanya sebentar kecanggungan di antara kami sebelum kata-kata obrolan meluncur seperti peluru-peluru yang berebutan keluar dari magasin.
Bertemu dengannya, mau tidak mau mengingatkan kembali pada pengalaman kami dahulu. Pengalaman yang menjadikan dia, walau tidak setiap waktu, selalu lekat di ingatan saya. Tentu dia mengingatnya pula, bahkan saya yakin rasa yang dihadapinya lebih besar efeknya. Karena sebagai seorang sahabat, dia jelas jauh lebih tulus dan setia daripada saya.
Malam itu saya berada di sini, memperhatikannya belajar. Teplok yang menjadi penerang ruangan diletakkan di atas meja, hampir mendekat sama sekali dengan wajahnya jika dia menunduk untuk menulis. Di atas amben, ayahnya santai merokok. Sesekali menyalakan pemantik jika bara rokok lintingannya soak bertemu potongan besar cengkeh atau kemenyan yang tidak lembut diirisnya. Ibunya, seorang perempuan yang banyak tertawa, berada di sudut sembari bekerja memilih sabut-sabut kelapa menjadi tambang.
....
Kami tertawa. Tertawa dan tertawa seakan-akan seluruh rentetan kejadian yang akhirnya menjadi pengingat abadi persahabatan kami itu bukanlah sebuah kejadian meloloskan diri dari maut karena waktu telah menghapus semua kengeriannya.

Perbedaan pola pengembangan kedua kutipan cerpen tersebut adalah ....
A. Kutipan Cerpen I: menggunakan alur maju
Kutipan Cerpen II: menggunakan alur sorot balik
B. Kutipan Cerpen I: menggunakan alur sorot balik
Kutipan Cerpen II: menggunakan alur maju
C. Kutipan Cerpen I: menggunakan alur maju
Kutipan Cerpen II: menggunakan alur campuran
D. Kutipan Cerpen I: menggunakan alur sorot balik
Kutipan Cerpen II: menggunakan alur campuran

 7. Bacalah kedua kutipan cerpen berikut!
Kutipan Cerpen I

"Kelihatannya wajahmu cepat sekali tuanya sekarang," kata Angku seperti menyindirku.
"Ya, Angku. Rantau telah menguras pikiran dan tenagaku. Susah hidupku di rantau Angku. Kurus badanku ini dibuatnya."
"Semoga kau tidak seperti orang rantau lain, pulang kampung karena tidak sanggup hidup sulit. Namun, aku tahu orang tegar dan kuat."
"Di antara kawan-kawan kau dulu, hanya kau yang keras kepala." kata Angku sedikit tersenyum. "Kau pemimpinnya. Aku tak lupa, dulu kepala belakangmu berdarah karena aku lempar dengan batu," kata Angku.
"Ah, Angku. Aku jadi malu."
"Tetapi, kini aku yang malu dan merasa berdosa. Bila kuingat, abakmu tidak berani mendatangiku," kata Angku lagi sambil menunduk, "Abakmu sudah tidak ada sekarang. Belum sempat aku meminta maafpadanya."
"Sudah dimaafkan Angku," kataku.
"Ah, Kau."
Lalu tiba-tiba aku ingat Abak. Kata-kata abak.
"Jangan lagi kau buat dia memamrahimu. Apa kalian tidak ada kerja. Orang tua jangan dipermainkan. Awas kau. Kulecut dengan ikat pinggang kau nanti," kata Abak dulu, ketika tahu kami mengusik Angku.
Kutipan Cerpen II
Gito, anak Getas Pejaten, kawasan pinggiran kota Kudus, setiap hari, kecuali Minggu dan hari libur, berjalan kaki pergi pulang hampir empat belas kilo, ke sekolahnya, di jalan Daendels. Karena banyak jalan menuju ke sekolahnya, Gito bisa memilih jalan mana yang paling disukainya. Kalau pergi, dia juiga lewat jalan-jalan kecil yang lebih jauh, untuk menyenangkan hatinya.
Seperti anak-anak lain, Gito hanya makan satu kali, setelah pulang sekolah. Juga seperti anak-anak lain, Gito tidak memunyai sandal, apalagi sepatu. Guru-guru pun bertelanjang kaki. Kalau ada guru memakai sepatu atau sandal, pasti sepatu atau sandalnya sudah reyot.

Perbedaan pola pengembangan cerita kedua kutipan cerpen tersebut adalah ....
A. Kutipan Cerpen I: menggunakan alur maju
Kutipan Cerpen II: menggunakan alur sorot balik
B. Kutipan Cerpen I: menggunakan alur sorot balik
Kutipan Cerpen II: menggunakan alur maju
C. Kutipan Cerpen I: diawali dengan konflik
Kutipan Cerpen II:diakhiri dengan konflik
D. Kutipan Cerpen I: diawali dengan pengenalan tokoh
Kutipan Cerpen II: diawali dengan pengenalan latar