Menulis Humor

ilmubindo.com_ Hidup jangan terlalu serius, nanti cepat tua. Itulah kata yang sering kita dengar ketika teman atau orang dekat kita sedang melihat kita penuh keseriusan. Nah, kali ini saya akan bagikan materi mengenai menulis humor. Dalam kesempatan ini saya akan jelaskan pengertian, cara menulis humor, dan contoh humor.

A. Memahami Humor

Humor adalah kata atau perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan tawa. Humor dapat diekspresikan oleh siapa saja. Biasanya, humor diutarakan di antara orang-orang tertentu, seperti teman sebaya, atasan kepada bawahan, atau penyiar radio kepada pendengar. Humor berlaku diantara orang-orang yang sudah akrab dalam situasi tidak resmi. Jika orang-orang yang tidak dikenal, menyampaikan humor akan terasa janggal.
 
Yang termasuk humor adalah cerita lucu, anekdot, satir, atau parodi. Cerita lucu banyak disampaikan dalam masyarakat saat berbincang-bincang. Tulisan cerita anekdot dapat kita jumpai di media massa. Satir dapat dilihat dalam bentuk karya sastra, biasanya bertujuan menyindir. Parodi adalah imitasi lucu dari suatu karya yang serius (sejarah, fiksi, karya ilmiah, atau prosa lainnya).

 
Menulis Humor
www.ilmubindo.com

Humor dapat dapat kita temukan dalam karya sastra, seperti Teman Duduk, M. Kasim; cerita Musang Berjanggut; Lebai Malang; atau Pak Belalang. Dalam kategori film, biasanya humor ada dalam film yang diperankan oleh tokoh seperti Bing Slamet atau Benyamin. Untuk film humor luar negeri, kita mengenal Charlie Chaplin atau Mr. Bean. Humor pun terdapat dalam bidang musik. Pemusik yang memiliki lagu humor adalah Project P dan Harry Roesli. Dalam surat kabar, sering kali, humor disajikan dalam bentuk kartun, misalnya Jon Domino, Om Pasikom, Si Tomat, dan Konpopilan.
 
Apa yang membuat humor itu lucu? Kelucuan dapat terjadi akibat kejutan, ketiba-tibaan, penyimpangan dari hal-hal yang rutin, atau penyimpangan dari makna yang telah kita pahami secara umum. Humor juga dapat tercipta karena adanya hal-hal yang bertentangan, hal yang berlebih-lebihan, hal yang tak diharapkan, hal yang bersifat tabu, atau hal yang bersifat melecehkan.
 
Topik humor sangat banyak macamnya, misalnya tentang pejabat pemerintahan dan negara; tentang orang pintar; tentang orang bodoh; tentang bahasa; tentang militer; tentang profesor; tentang mahasiswa dan dosen; tentang dokter dan pasien; tentang orang tua; tentang anak kecil; tentang politik; tentang dialek; dan juga tentang binatang.

B. Menulis Humor

Humor dapat ditulis dalam bentuk monolog atau dalam bentuk dialog. Ada pula yang menggabungkan bentuk monolog, dialog, dan bentuk cerita. Ketiga bentuk ini merupakan cara penceritaan.
 
Cara menceritakan humor agak berbeda dengan jenis bercerita lainnya. Semua cerita memang memiliki bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Namun, khusus cerita humor bagian penutup sering kali tidak dibutuhkan/diperlukan. Biasanya cerita humor berhenti pada bagian klimaks atau menimbulkan efek kejutan dan membiarkan pembaca berpikir.
 
Humr juga terkait dengan siapa yang menceritakan dan siapa yang membaca  atau yang mendengar. Maksudnya, ada humor yang bersifat khusus dan hanya dipahami oleh kelompok tertentu saja. Sebagai contoh, humor ilmuwan terkadang hanya dapat dipahami oleh kalangan pelajar atau mahasiswa. 

Perhatikan bentuk-bentuk humor berikut!
1. Humor Monolog
Seorang mahasiswa sedang mengerjakan soal ujian pertamanya dalam kelas filsafat bahasa. Pada kertas ujiannya, terdapat sebaris kalimat soal berikut. Apakah ini sebuah pertanyaan? Ia sempat bingung. Namun, karena termasuk anak cerdas, dalam waktu singkat ia menulis sebuah kalimat pada lembar jawabannya. Isinya demikian, Jika itu sebuah pertanyaan, ini adalah sebuah jawaban. Akhirnya, mahasiswa itu mendapat nilai A dalam ujian filsafat bahasa itu.

2. Humor Dialog
Sesampainya di Cirebon, Kasim menyuruh Adul membeli nasi.
Kasim  : "Dul, kamu beli nasi bungkus di Warteg, ya. Bawa mobil aja biar cepat."
Adul    : "Warteg itu apa sih, Kang?"
Kasim  : "Warteg itu Warung Tegal!"

Setelah ditunggu sampai 2 jam, Adul baru datang.
Kasim  : "Kok, lama sekali beli nasi bungkusnya, Dul?"
Adul    : "Ini termasuk cepat, Kang. Biasanya, dari Cirebon ke Tegal, kalau macet nyampainya bisa 4 jam!"

(www.pikiranrakyat.com)

Pada suatu hari, ada seorang pembeli yang sedang tawar-menawar dengan seorang penjual mangga.
Pembeli  : "Bang, berapa harga mangga sekilo?"
Penjual   : "Sepuluh ribu, Bu!"
Pembeli  : "Waduh, mahal sekali, sih. Lima ribu, ya!"
Penjual   : "Wah! Enggak bisa, Bu. Itu sudah murah."
Pembeli  : "Manis enggak, Bang?"
Penjual   : "Kalau enggak manis, enggak usah dibayar, Bu!"
Pembeli  : "Oh, kalau begitu, saya mau yang nggak manis 10 kilo, ya!"
Penjual   : "#$&%????

3. Humor Cerita
Dalam sebuah seminar, dibicarakan mengenai asal-usul manusia. Para peserta seminar terlibat dalam perdebatan yang seru. Masing-masing peserta berusaha mempertahankan pendapatnya. Kelompok I dengan dalil yang mendukung teori evolusi Darwin (bahwa manusia berasal dari kera).  Kelompok II mengatakan, bahwa manusia adalah makhluk paling sempurna dan merupakan keturunan Adam dan Hawa.
 
Perdebatan terus berlangsung seru tanpa ada kesimpulan yang pasti. Oleh karena, sang moderator mengetukkan palunya untuk menghentikan perdebatan itu seraya berkata, "Baiklah, Saudara-saudara, saya akan mencoba menengahi. Namun, sebelumnya, pertama-tama saya persilakan Anda yang merasa dirinya sebagai manusia asli duduk disebelah kanan saya. Mereka yang merasa dirinya keturunan kera, silakan mengisi kursi sebelah kiri saya". Suasana menjadi riuh sejenak karena para perserta langsung berpindah ke kanan semua dan kursi yang sebelah kiri kosong sama sekali.

Menurut suatu cerita, penemu kata Australia adalah orang-orang Ambon. Ceritanya, pada waktu itu, orang Ambon pergi berlayar bersama James Cook. Lalu, sampailah mereka di sebuah benua yang tidak dikenal. Sebelum sampai, yaitu kira-kira beberapa mil lagi sebelum mencapai daratan, James Cook berkata, "Di sana ada benua kosong!"
"Mana, ose tara lia (saya tidak melihatnya)," jawab orang Ambon.
James Cook mengira orang Ambon tahu nama benua tersebut, yaitu Australia (ose tara lia). Maka, sampai kini, jadilah nama benua itu Australia.

(Dikutip dari Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX. 2007. esis.)