Cara Menggali Nilai-Nilai dalam Sebuah Cerita | Bahasa Indonesia SMP 2019

ilmubindo.com_ Kali ini admin akan membagikan cara menggali nilai-nilai dalam sebuah cerita. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang nilai-nilai dalam sebuah cerita. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah, khususnya dalam memahami nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam sebuah cerita. Berikut inini adalah cara menggali nilai-nilai dalam sebuah cerita.

Cara Menggali Nilai-Nilai dalam Sebuah Cerita | Bahasa Indonesia SMP 2019
www.ilmubindo.com

1. Perbedaan nilai moral dan religius
- nilai religius bersumber dari wahyu atau kitab suci.
- nilai moral bersumber dari hati nurani
- nilai religius bersifat mutlak, sedangkan nilai moral bersifat relatif

2. Nilai religius membicarakan hubungan antara
- manusia dengan Tuhan
- manusia dengan manusia lain
- manusia dengan makhluk lain atau benda lain
- manusia dengan dirinya sendiri

3. Cara mengenali nilai-nilai suatu cerita 
Cerita anak, yaitu sarana untuk mengajarkan nilai moral, budi pekerti, dan nilai kehidupan luhur kepada anak-anak, dan cerita anak mirip dengan sarana didaktis atau bersifat mendidik.

4. Penokohan dalam cerita dibagi menjadi 2 yaitu:
- tokoh jahat atau antagonis
- tokoh baik atau protagonis

5. Struktur pembangun karya sastra:
- Unsur intrinsik: tema, amanat, tokoh/penokohan, alur/plot, watak, latar, sudut pandang, dll.
- Unsur ekstrinsik: nilai moral, budaya, religius, pendidikan, ekstrinsik, dll.

6. Contoh unsur ekstrinsik pada cerita Cinderella:
- Nilai moral "Tanggung Jawab" terletak pada kalimat:
"Cinderella ingat akan janjinya kepada ibunya, ia akan tetap baik hati dan ramah."
- Nilai budaya "Kerja Keras" terletak kalimat
"Ia menganggap harus bekerja sepanjang waktu adalah kewajiban semua orang."
- Nilai religius "Cinta Kasih" terletak pada kalimat:
"Ia akan pelihara semua hewan di sekitarnya seperti burung, kuda, anjing, kucing, dll.

Contoh Cerita:

Bunga Kemuning

Pada suatu masa, hiduplah sepuluh orang putri raja yang sangat cantik-cantik. Ibu mereka sudah lama meninggal dan ayah mereka, sang raja, begitu sibuk dengan urusan kerajaannya sehingga mereka hampir tidak punya waktu untuk berkumpul bersama. Akibatnya putri-putri ini menjadi nakal dan manja, kecuali sang putri bungsu, putri Kuning. Ya, mereka memang diberi nama dengan nama warna. Ada putri Jambon, putri Hijau, putri Merah Merona, Putri Nila, dan lain-lain. Barangkali dulu sang ibu berharap anak-anaknya akan memberi banyak warna di kehidupan ini. Sayang, sang ibu keburu meninggal sehingga tidak sempat mendidik mereka dengan baik.
Kesepuluh putri ini selalu memakai pakaian dan perhiasan yang sewarna dengan nama mereka. Putri Merah selalu memakai warna merah, demikian juga putri-putri lainnya.
Sementara kakak-kakaknya bermalas-malasan dan membuat keonaran, putri Kuning menghabiskan waktu dengan membantu inang-inangnya, atau membaca buku, dan atau merawat kebun bunga kesayangannya. Kakak-kakaknya sering mengejeknya.
"Heh lihat tuh si Kuning! Sepertinya di pantas ya jadi pelayan. Mana ada seorang putri yang belepotan lumpur begitu," kata putri Jambon yang disambut gelak tawa yang lain.
Putri Kuning tidak pernah mengindahkan ejekan mereka. "Biarlah, lama-lama juga capai sendiri," pikir putri Kuning.
Suatu hari raja harus pergi ke negeri tetangga di seberang lautan. Dia senggaja mengumpulkan putri-putrinya malam itu untuk berpamitan.
"Nak, ayah akan pergi jauh. Mungkin sebulan lagi ayah baru kembali. Kalian mau ayah belikan apa?" tanyanya.
"Oh aku mau kalung dan gelang baru ayah! Jangan lupa liontinnya harus rubi yang besar yah!" kata putri Merah Merona.
"Aku mau kain sutera yang banyak ayah," kata putri Jingga.
Semua putri berebut menyebutkan permintaannya, hanya putri Kuning saja yang terdiam diri dan hanya mendoakan supaya ayahnya pulang dengan selamat.
Sepeninggal sang raja, kakak-kakak putri Kuning semakin malas saja. Kegiatan mereka sehari-hari hanya bersolek, makan, dan bermain. Para dayang dibuatnya sibuk melayani mereka.
Sementara itu putri Kuning menghabiskan waktunya dengan merawat kebun bunga istana yang merupakan tempat favorit ayahnya. Memang saking sibuknya para pelayan istana meladeni kemauan kakak-kakaknya, kebun istana menjadi terbengkalai.
"Wah kita punya pelayan baru tuh!" teriak putri Nila sambil menunjuk putri Kuning.
"Hein pelayan, nanti kalau sudah beres, sekalian sapuin kamar saya ya hahahaha..." teriak putri Hijau.
Kesembilan kakaknya tertawa mengejek hingga perut mereka sakit.
"Ah, aku bosan! Lebih asyik kayaknya kalau kita jalan-jalan di luar istana daripada nonton orang sok baik itu!" ajak putri Nila yang langsung disetujui yang lainnya.
Mereka pun berlalu meninggalkan putri Kuning yang hanya bisa menggelang-gelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka. Akhirnya sebulan kemudian ayah mereka pulang membawa oleh-oleh yang mereka tunggu. Mereka sibuk berebut mencari pesanan mereka, dan hanya putri Kuning yang ingat mengucapkan selamat datang dan memeluk ayahnya. "Anakku, maafkan ayahmu ini nak! Aku tidak bisa menemukan perhiasan yang berwarna kuning untukmu. Hanya kalung permata hijau ini yang ayah belikan untukmu," kata raja. "Ah sudahlah ayah. Keselamatan ayah jauh lebih penting daripada oleh-oleh. Lagi pula kalung ini juga bagus dan serasi dengan baju kuningku," hibur putri Kuning sambil mengecup kening ayahnya dengan sayang.
Esoknya saat kesepuluh putri ini berkumpul. Putri hijau tiba-tiba menyadari bahwa putri Kuning memakai kalung berwarna hijau.
"Hei, kamu kok pakai kalung warna hijau? seharusnya kalung itu milikku karena namaku putri Hijau," katanya.
"Maaf kak, kalung ini ayah sendiri yang berikan, jadi ini kalungku!" ujar putri Kuning.
Putri hijau tidak senang dan merasa hak memiliki kalung hijau itu, maka dia menghasut saudaranya yang lain.
"Si Kuning itu sudah keterlaluan, dia pasti sudah memaksa ayah memberikan kalung hijau itu untuknya. Padahal kalau ayah mau memberikan hadiah padanya, pasti kalungnya berwarna kuning dong!" katanya.
"Hmm dia memang semakin menyebalkan akhir-akhir ini, lihat saja tingkahnya yang sok rajin, pasti dia cuma ingin mengesankanayah saja, biar lebih disayang," kata putri Jingga.
"Ayo...!" kata yang lain.
Diam-diam menangkap putri Kuning saat berada di kebun istana dan menyiksanya. Tanpa senggaja salah seorang putri memukul kepala putri Kuning dengan keras sehingga dia tewas seketika. Mereka semua bingung dan takut. Akhirnya putri Jambon memutuskan untuk mengubur putri Kuning sebelum kematiannya diketahui orang lain. Putri Kuning pun dikuburkan di tengah kebun bunga istana. Kalung hijaunya pun ikut dikuburkan karena ayahnya pasti curiga jika putri Hijau memakainya.
Raja heran, karena seharian ini dia tidak melihat putri Kuning yang biasanya senantiasa menemaninya jika ia telah selesai dengan tugas kerajaannya. Raja sudah mencari ke kamarnya, ke kebun istana, ke danau, tapi putri Kuning tetap tidak kelihatan . Dia menyuruh para pelayan untuk mencarinya. Namun berbulan-bulan putri Kuning tidak diketemukan. Sementara kakak-kakaknya mengaku tidak tahu menahu soal hilangnya adik mereka. Raja sangat bersedih kehilangan putri kesayangannya.
Suatu hari saat raja termenung di kebun istana, dilihatnya ada tanaman baru di tengah kebunnya.
"Oh tanaman apa ini? Alangkah indahnya. Daunnya bulat dan hijau seperti kalung putriku. Bunganya juga kekuningan dan sangat wangi. Bunga ini mengingatkanku pada putriku yang hilang. Baiklah aku akan menamai bunga ini bunga Kemuning," kata raja.
Bunga ini tetap tumbuh di kebun istana dan menemani sang raja hingga akhir hayatnya. Bunganya yang wangi sering dipakai untuk mengharumkan rambut. Batangnya bisa dipakai untuk membuat kotak-kotak yang indah dan kulitnya digunakan untuk membuat bedak. Seperti halnya putri Kemuning juga selalu memberikan kebaikan bagi orang-orang di sekitarnya.