ilmubindo.com_ Kali ini admin akan membagikan cara menggali nilai-nilai dalam sebuah cerita. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang nilai-nilai dalam sebuah cerita. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah, khususnya dalam memahami nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam sebuah cerita. Berikut inini adalah cara menggali nilai-nilai dalam sebuah cerita.
1. Perbedaan nilai moral dan religius
- nilai religius bersumber dari wahyu atau kitab suci.
- nilai moral bersumber dari hati nurani
- nilai religius bersifat mutlak, sedangkan nilai moral bersifat relatif
2. Nilai religius membicarakan hubungan antara
- manusia dengan Tuhan
- manusia dengan manusia lain
- manusia dengan makhluk lain atau benda lain
- manusia dengan dirinya sendiri
3. Cara mengenali nilai-nilai suatu cerita
Cerita anak, yaitu sarana untuk mengajarkan nilai moral, budi pekerti, dan nilai kehidupan luhur kepada anak-anak, dan cerita anak mirip dengan sarana didaktis atau bersifat mendidik.
4. Penokohan dalam cerita dibagi menjadi 2 yaitu:
- tokoh jahat atau antagonis
- tokoh baik atau protagonis
5. Struktur pembangun karya sastra:
- Unsur intrinsik: tema, amanat, tokoh/penokohan, alur/plot, watak, latar, sudut pandang, dll.
- Unsur ekstrinsik: nilai moral, budaya, religius, pendidikan, ekstrinsik, dll.
6. Contoh unsur ekstrinsik pada cerita Cinderella:
- Nilai moral "Tanggung Jawab" terletak pada kalimat:
"Cinderella ingat akan janjinya kepada ibunya, ia akan tetap baik hati dan ramah."
- Nilai budaya "Kerja Keras" terletak kalimat
"Ia menganggap harus bekerja sepanjang waktu adalah kewajiban semua orang."
- Nilai religius "Cinta Kasih" terletak pada kalimat:
"Ia akan pelihara semua hewan di sekitarnya seperti burung, kuda, anjing, kucing, dll.
Contoh Cerita:
Contoh Cerita:
Bunga Kemuning
Pada
suatu masa, hiduplah sepuluh orang putri raja yang sangat
cantik-cantik. Ibu mereka sudah lama meninggal dan ayah mereka, sang
raja, begitu sibuk dengan urusan kerajaannya sehingga mereka hampir
tidak punya waktu untuk berkumpul bersama. Akibatnya putri-putri
ini menjadi nakal dan manja, kecuali sang putri bungsu, putri Kuning.
Ya, mereka memang diberi nama dengan nama warna. Ada putri Jambon, putri
Hijau, putri Merah Merona, Putri Nila, dan lain-lain. Barangkali dulu
sang ibu berharap anak-anaknya akan memberi banyak warna di kehidupan
ini. Sayang, sang ibu keburu meninggal sehingga tidak sempat mendidik
mereka dengan baik.
Kesepuluh putri ini selalu memakai pakaian dan
perhiasan yang sewarna dengan nama mereka. Putri Merah selalu memakai
warna merah, demikian juga putri-putri lainnya.
Sementara
kakak-kakaknya bermalas-malasan dan membuat keonaran, putri Kuning
menghabiskan waktu dengan membantu inang-inangnya, atau membaca buku,
dan atau merawat kebun bunga kesayangannya. Kakak-kakaknya sering
mengejeknya.
"Heh lihat tuh si Kuning! Sepertinya di pantas ya
jadi pelayan. Mana ada seorang putri yang belepotan lumpur begitu," kata
putri Jambon yang disambut gelak tawa yang lain.
Putri Kuning tidak pernah mengindahkan ejekan mereka. "Biarlah, lama-lama juga capai sendiri," pikir putri Kuning.
Suatu
hari raja harus pergi ke negeri tetangga di seberang lautan. Dia
senggaja mengumpulkan putri-putrinya malam itu untuk berpamitan.
"Nak, ayah akan pergi jauh. Mungkin sebulan lagi ayah baru kembali. Kalian mau ayah belikan apa?" tanyanya.
"Oh aku mau kalung dan gelang baru ayah! Jangan lupa liontinnya harus rubi yang besar yah!" kata putri Merah Merona.
"Aku mau kain sutera yang banyak ayah," kata putri Jingga.
Semua
putri berebut menyebutkan permintaannya, hanya putri Kuning saja yang
terdiam diri dan hanya mendoakan supaya ayahnya pulang dengan selamat.
Sepeninggal
sang raja, kakak-kakak putri Kuning semakin malas saja. Kegiatan mereka
sehari-hari hanya bersolek, makan, dan bermain. Para dayang dibuatnya
sibuk melayani mereka.
Sementara itu putri Kuning menghabiskan
waktunya dengan merawat kebun bunga istana yang merupakan tempat favorit
ayahnya. Memang saking sibuknya para pelayan istana meladeni kemauan
kakak-kakaknya, kebun istana menjadi terbengkalai.
"Wah kita punya pelayan baru tuh!" teriak putri Nila sambil menunjuk putri Kuning.
"Hein pelayan, nanti kalau sudah beres, sekalian sapuin kamar saya ya hahahaha..." teriak putri Hijau.
Kesembilan kakaknya tertawa mengejek hingga perut mereka sakit.
"Ah,
aku bosan! Lebih asyik kayaknya kalau kita jalan-jalan di luar istana
daripada nonton orang sok baik itu!" ajak putri Nila yang langsung
disetujui yang lainnya.
Mereka pun berlalu meninggalkan putri
Kuning yang hanya bisa menggelang-gelengkan kepalanya melihat kelakuan
mereka. Akhirnya sebulan kemudian ayah mereka pulang membawa oleh-oleh
yang mereka tunggu. Mereka sibuk berebut mencari pesanan mereka, dan
hanya putri Kuning yang ingat mengucapkan selamat datang dan memeluk
ayahnya. "Anakku, maafkan ayahmu ini nak! Aku tidak bisa menemukan
perhiasan yang berwarna kuning untukmu. Hanya kalung permata hijau ini
yang ayah belikan untukmu," kata raja. "Ah sudahlah ayah. Keselamatan
ayah jauh lebih penting daripada oleh-oleh. Lagi pula kalung ini juga
bagus dan serasi dengan baju kuningku," hibur putri Kuning sambil
mengecup kening ayahnya dengan sayang.
Esoknya saat kesepuluh putri ini berkumpul. Putri hijau tiba-tiba menyadari bahwa putri Kuning memakai kalung berwarna hijau.
"Hei, kamu kok pakai kalung warna hijau? seharusnya kalung itu milikku karena namaku putri Hijau," katanya.
"Maaf kak, kalung ini ayah sendiri yang berikan, jadi ini kalungku!" ujar putri Kuning.
Putri hijau tidak senang dan merasa hak memiliki kalung hijau itu, maka dia menghasut saudaranya yang lain.
"Si
Kuning itu sudah keterlaluan, dia pasti sudah memaksa ayah memberikan
kalung hijau itu untuknya. Padahal kalau ayah mau memberikan hadiah
padanya, pasti kalungnya berwarna kuning dong!" katanya.
"Hmm dia
memang semakin menyebalkan akhir-akhir ini, lihat saja tingkahnya yang
sok rajin, pasti dia cuma ingin mengesankanayah saja, biar lebih
disayang," kata putri Jingga.
"Ayo...!" kata yang lain.
Diam-diam
menangkap putri Kuning saat berada di kebun istana dan menyiksanya.
Tanpa senggaja salah seorang putri memukul kepala putri Kuning dengan
keras sehingga dia tewas seketika. Mereka semua bingung dan takut.
Akhirnya putri Jambon memutuskan untuk mengubur putri Kuning sebelum
kematiannya diketahui orang lain. Putri Kuning pun dikuburkan di tengah
kebun bunga istana. Kalung hijaunya pun ikut dikuburkan karena ayahnya
pasti curiga jika putri Hijau memakainya.
Raja heran, karena
seharian ini dia tidak melihat putri Kuning yang biasanya senantiasa
menemaninya jika ia telah selesai dengan tugas kerajaannya. Raja sudah
mencari ke kamarnya, ke kebun istana, ke danau, tapi putri Kuning tetap
tidak kelihatan . Dia menyuruh para pelayan untuk mencarinya. Namun
berbulan-bulan putri Kuning tidak diketemukan. Sementara kakak-kakaknya
mengaku tidak tahu menahu soal hilangnya adik mereka. Raja sangat
bersedih kehilangan putri kesayangannya.
Suatu hari saat raja termenung di kebun istana, dilihatnya ada tanaman baru di tengah kebunnya.
"Oh
tanaman apa ini? Alangkah indahnya. Daunnya bulat dan hijau seperti
kalung putriku. Bunganya juga kekuningan dan sangat wangi. Bunga ini
mengingatkanku pada putriku yang hilang. Baiklah aku akan menamai bunga
ini bunga Kemuning," kata raja.
Bunga ini tetap tumbuh di kebun
istana dan menemani sang raja hingga akhir hayatnya. Bunganya yang wangi
sering dipakai untuk mengharumkan rambut. Batangnya bisa dipakai untuk
membuat kotak-kotak yang indah dan kulitnya digunakan untuk membuat
bedak. Seperti halnya putri Kemuning juga selalu memberikan kebaikan
bagi orang-orang di sekitarnya.