ilmubindo.com_ Kali ini admin akan membagikan perbedaan antara dongeng dan fabel. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang perbedaan antara dongeng dan fabel. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah. Semoga bermanfaat dan terima kasih.
www.ilmubindo.com
Perbedaan antara dongeng dan fabel:
Dongeng adalah cerita rekaan yang bersifat khayal dan tidak masuk akal. Sedangkan fabel adalah dongeng tentang binatang yang berperilaku seperti manusia sebagai ajaran moral yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Legenda dapat berupa dongeng tentang orang suci yang di dalamnya terdapat cerita asal-usul nama atau suatu tempat.
Macam-Macam Dongeng:
1. fabel
2. legenda
3. mite
4. sage
5. parabel
6. pelipur lara
Contoh: Cerita Kancil
a. Kancil Mencuri Timun
b. Kancil Menipu 100 Buaya
c. Kancil Menipu Harimau Lapar
Contoh Fabel:
Seorang Pedagang dengan Seekor Ular
Seorang
pedagang yang penyayang binatang berangkat ke pasar bersama seekor kuda
yang membawa dagangannya. Karena masih terlalu pagi, ia beristirahat
dan membuat api unggun. Kebetulan angin bertiup cukup kencang hingga
bunga-bunga api beterbangan cukup jauh.
Setelah
terang, berangkatlah pedagang itu dari tempat istirahatnya. Ia agak
terkejut ketika dilihatnya rumput dan semak-semak terbakar. Ketika ia
beranjak pergi beberapa langkah, ia terkejut oleh suara minta tolong
yang ternyata seekor ular besar yang telah terkurung api. Pedagang agak
ragu sebentar sebab ular umumnya bertabiat jahat, tidak tahu berterima
kasih, apalagi membalas budi baik. Tetapi karena rasa sayangnya pada
binatang, akhirnya ditolonglah juga ular itu.
Setelah ular terlepas dari bahaya, berkatalah ular, "Tahukah kau, hai manusia, bahwa kebaikan dibalas dengan kejahatan?"
"Apa maksudmu?" jawab pedagang.
"Aku hendak membunuhmu dengan taring berbisaku yang sudah lama tidak kugunakan sehingga terasa sakit."
"Hai,
Ular! Ingatlah! Engkau masih dapat hidup karena pertolonganku. Kini
engkau akan membunuhku. Di mana rasa terima kasihmu?" kata pedagang
meradang.
"Terserah
apa katamu. Yang jelas engkau tidak dapat lolos dari ketajaman gigi
berbisaku," sahut ular lebih mendongakkan kepalanya sampai dekat dengan
muka pedagang.
"Baiklah, kalau begitu. Tetapi aku minta tiga saksi yang mau membenarkan niatmu!"
Mereka
pun lalu mencari tiga saksi itu. Mula-mula dijumpainya kerbau yang
ditambat. Kata ular. "Hai, Kerbau, apa pendapatmu? Apakah sudah layak
kebaikan dibalas dengan kejahatan?"
"Untuk
menjawab pertanyaanmu, dengarkanlah ceritaku!" seru kerbau. "Manusia
itu tak tahu berterima kasih. Buktinya, aku alami sendiri. Ketika aku
masih kuat, aku dipeliharanya. Waktu aku punya anak, air susuku pun
diperahnya. Tetapi setelah aku tua dan tidak sekuat kerika aku masih
muda, aku dilepas begitu saja agar mencari makan sendiri. Namun, melihat
aku gemuk, aku ditangkapnya untuk dijualnya seperti sekarang ini. Jadi,
sepantasnya kalau manusia yang pernah menolongmu itu engkau bunuh!"
kata kerbau menyudahi ceritanya.
"Kau dengar?" kata ular. "Tepati janjimu dan bersiaplah engkau untuk mati.'
Ular
melihat sekeliling. Tampak kepadanya sebatang pohon nyiur. Mereka pergi
ke tempat pohon nyiur tumbuh, ular bertanya: "Hai, pohon nyiur, apakah
balasan budi baik?"
Pohon
nyiur menjawab: "Manusia menjadikan kejahatan sebagai balasan untuk
kebaikan. Sudah demikian sifat manusia. Dengarkan apa sebabnya. Buahku
yang mudah memberikan minuman yang sedap manusia. Semuanya menyukai air
kelapa muda. Buah kelapa yang tua dijadikan minyak yang hampir setiap
hari digunakan oleh mereka. Tempurung, sabut, daun yang muda maupun yang
tua atau kering dapat dijadikan beraneka keperluan manusia sehari-hari.
Sekarang setelah aku tua dan tak berbuah lagi apa yang diperbuatnya?
Akan ditebangnya aku esok hari. Batangku akan dijadikan jembatan atau
kasau rumah. Saguku yang ada di bagian ujung batangku diberikannya
kepada ayam dan lembunya. Dan, berakhirlah nyawaku esok hari".
"Aah,
sekarang engkau baru percaya bahwa engkau baru percaya bahwa akulah
yang benar," ujar ular pula. "Tahukah kita bagaimana semestinya kebaikan
harus dibalas. Tentang saksi-saksi sudah cukup dua itu. Bersiaplah,
supaya engkau dapat aku gigit sampai mati."
"Ular!
Siapa dapat mengatakan bahwa kedua saksi itu dapat dipercaya? Ini belum
dapat kita sahkan. Sebab itu, untuk yang terakhir kali dan supaya kita
tidak membuang-buang darah orang yang tidak berdosa, kini ambil saksi
seorang lagi yang akan kutunjukkan sendiri. Sekiranya aku bersalah, aku
bersedia meninggalkan dunia yang fana ini."
Ular agak berkecil hati, tetapi diterima juga usulan itu.
Seekor kancil yang sedang mencari makan sampai ditempat perbantahan itu lalu berseru: "Hai, mengapa kalian berbantah"?
Ketika pedagang melihat kancil, ia berkata kepada ular. "Inilah saksi penghabisan. Kita dengarkan apa yang dikatakannya.!"
Pedagang
mulai menjelaskan hal itu, tetapi belum habis ia bercerita, kancil
menyela: "Saudagar, tahukah engkau bahwa balasan kebaikan tak lain
adalah kejahatan. Sudah kau tolong ular itu dari bahaya maut, sudah
sepantasnyalah ia berbuat jahat kepadamu."
"Hai, Kancil, dengarlah dulu," jawab pedagang itu, lalu dibentangkannya perihal itu sejelas-jelasnya.
"Saudagar, kelihatannya engkau seorang yang cerdik. Bagaimana pula engkau dapat menceritakannya hal yang bikan-bukan."
Ular itu menyela: "Benar semua yang dikatakannya itu. Itulah pundi-pundi yang menyelamatkan aku dari bahaya api besar itu."
Kancil
meneruskan perkataannya: "Siapa pula yang percaya binatang sebesar ini
dapat masuk ke dalam pundi-pundi sekecil itu. Seekor tikus pun rasanya
takkan dapat masuk kedalamnya."
"Sangat mudah untuk memahaminya," jawab ular itu. "Sekiranya engkau tidak percaya, saya akan masuk ke dalam kantong itu."
"Baiklah! Seru kancil. Kalau dengan mata kepalaku sendiri haruslah kuputuskan perkara ini."
Untuk menegaskan apa yang dikatakan oleh ular, pedagang itu membuka pundi-pundi dan ular menjalar ke dalamnya karena ia percaya akan janji kancil. Ketika kancil melihat ular itu telah berada dalam kantong kulit itu, ia berbisik kepada pedagang. "Kawan, telah tertangkap musuhmu. Pergunakanlah kesempatan ini dan jangan engkau lepaskan dia."
Mendengar nasihat kancil, diikatnya erat-erat lubang kantong itu, dihempaskannya sekeras-kerasnya kantong itu di atas batu sehingga matilah ular yang tidak tahu berterima kasih itu. Terhindarlah manusia itu dari bahaya bisanya dan terlepas dari keganasan ular. Hukum alam tetap berlaku, Budi baik harus dibalas dengan kebaikan juga".
Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang perbedaan antara dongeng dan fabel. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang perbedaan antara dongeng dan fabel. Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Untuk menegaskan apa yang dikatakan oleh ular, pedagang itu membuka pundi-pundi dan ular menjalar ke dalamnya karena ia percaya akan janji kancil. Ketika kancil melihat ular itu telah berada dalam kantong kulit itu, ia berbisik kepada pedagang. "Kawan, telah tertangkap musuhmu. Pergunakanlah kesempatan ini dan jangan engkau lepaskan dia."
Mendengar nasihat kancil, diikatnya erat-erat lubang kantong itu, dihempaskannya sekeras-kerasnya kantong itu di atas batu sehingga matilah ular yang tidak tahu berterima kasih itu. Terhindarlah manusia itu dari bahaya bisanya dan terlepas dari keganasan ular. Hukum alam tetap berlaku, Budi baik harus dibalas dengan kebaikan juga".
Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang perbedaan antara dongeng dan fabel. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang perbedaan antara dongeng dan fabel. Semoga bermanfaat dan terima kasih.