Contoh Alur Pembangun Karya Sastra | Bahasa Indonesia Kelas 9 (Revisi)

ilmubindo.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan contoh alur pembangun karya sastra. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang contoh alur pembangun karya sastra. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami contoh alur pembangun karya sastra.

Contoh Alur Pembangun Karya Sastra | Bahasa Indonesia Kelas 9 (Revisi)
www.ilmubindo.com

Pengertian Alur

Alur adalah jalan cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjalin kejadian secara beruntun dengan memerhatikan sebab-akibat sehingga menjadi kesatuan yang bulat atau utuh. Alur disebut juga plot. Alur yang membangun suatu karya terbagi atas beberapa macam sebagai berikut.

Jenis-Jenis Alur

1. Alur Maju
Bagian alur disajikan secara berurutan dari tahap perkenalan atau pengantar, dilanjutkan dengan tahap penampilan masalah, dan diakhiri dengan tahap penyelesaian.

2. Alur Mundur
Alur ini disusun dengan mendahulukan tahap penyelesaian atau tahap peruncingan masalah, lalu disusun dengan tahap-tahap lain yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang mendahului. 

3. Alur Gabungan
Alur ini merupakan perpaduan antara alur maju dan alur mundur. Maksudnya, susunan penyajian urutan peristiwa diawali dengan puncak ketegangan, lalu dilanjutkan dengan perkenalan, dan diakhiri dengan penyelesaian. Alur gabungan juga menceritakan peristiwa yang diawali tokoh saat ini disertai peristiwa yang dialami tokoh pada masa lalu, misalnya tiga hari yang lalu atau pada masa kanak-kanak.

Tahap-Tahap  Alur

Berikut ini adalah beberapa tahap alur dalam cerpen (Burhan Nurgiyantoro, 2002: 149-150) dibagi menjadi beberapa tahap. Adapun tahap-tahap yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.
  1. Tahap penyituasian/pengenalan, tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita atau pemberian informasi awal, terutama berfungsi untuk melandasi cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.
  2. Tahap pemunculan konflik/penampilan masalah, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik. Konflik akan berkembang menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.
  3. Tahap peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita semakin mencengangkan dan menegangkan.
  4. Tahap klimaks, konflik-konflik yang terjadi atau ditimpakan ke para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.
  5. Tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian. Ketegangan dikendurkan. Konflik-konflik tambahan (jika ada) juga diberi jalan keluar, lalu cerita diakhiri. Tahap ini disesuaikan dengan tahap akhir di atas.
Contoh Cerpen

Di bawah ini adalah contoh teks cerpen yang berjudul "Mbok Jah". Adapun contoh teksnya cerpennya adalah sebagai berikut.

Mbok Jah

Sudah dua tahun, baik pada lebaran maupun Sekaten, Mbok Jah tidak "turun gunung" keluar dari desanya di bilangan Tepus, Gunung Kidul untuk berkunjung ke rumah bekas majikannya, keluarga Mulyono di kota. Meskipun sudah berhenti karena usia tua dan capek menjadi pembantu, Mbok Jah tetap memelihara hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga itu. Dua puluh tahun telah dilewatinya untuk bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga yang sederhana dan sedang-sedang saja kondisi ekonominya. Gaji yang diterimanya tidak pernah tinggi, cukup saja, tetapi perlakuan yang baik dari seluruh keluarga itu telah memberi rasa aman, tenang, dan tenteram.
Buat seorang janda yang sudah terlalu tua untuk itu, apalah yang dikehendaki lagi selain atap untuk berteduh dan makan serta pakaian yang cukup. Lagi pula anak tunggalnya yang tinggal di Surabaya dan menurut kabar hidup berkecukupan, tidak mau lagi berhubungan dengannya. Tarikan dan pelukan istri dan anak-anaknya rupanya begitu erat melengket hingga mampu melupakan ibunya sama sekali. Tak apa, hiburnya. Di rumah keluarga Mulyono ini dia merasa mendapat semuanya. Akan tetapi, waktu dia mulai merasa semakin renta, tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya menjadi beban keluarga itu. Dia merasa menjadi buruh tumpangan gratis dan harga dirinya memberontak terhadap keadaan itu. Diputuskannya untuk pulang ke desanya.
Dia masih memiliki warisan sebuah rumah desa yang meskipun sudah tua dan tidak terpelihara akan dapat dijadikannya tempat tinggal di hari tua. Dan juga tegalan barang sepetak dua petak masih ada juga. Pasti semuanya itu dapat diaturnya dengan anak jauhnya di desa. Pasti mereka semuanya dengan senang hati akan menolongnya mempersiapkan semua itu. Orang desa semua tulus hatinya. Tidak seperti kebanyakan orang kota, pikirnya. Sedikit-sedikit duit, putusnya.
Maka dikemukakannya ini kepada majikannya, Majikannya beserta seluruh anggota keluarganya yang hanya terdiri dari suami istri dan dua orang anak protes keras dengan keputusan Mbok Jah. Mbok Jah sudah menjadi bagian yang nyata dan hidup sekali di rumah tangga ini, kata Ndoro Putri. Selain itu, siapa yang akan mendampingi si Kedono dan si Kedini yang sudah beranjak dewasa., desah Ndoro Kakung. "Wah sepi lho, Mbok, kalau tidak ada kamu. Lagi, pula siapa yang dapat bikin sambel terasi yang begitu sedap selain kamu, Mbok " tukas Kedini dan Kedono.
Pokoknya keluarga majikan tidak mau ditinggalkan oleh Mbok Jah. Tetapi, keputusan Mbok Jah sudah mantap. Tidak mau menjadi beban sebagai kuda tua yang tidak berdaya. Hingga jauh malam mereka tawar-menawar. Akhirnya, diputuskan suatu jalan tengah. Mbok Jah akan turun gunung dua kali dalam setahun, yaitu pada waktu Sekaten dan waktu Idul Fitri.
Mereka lantas setuju dengan jalan tengah itu. Mbok Jah menepati janjinya. Waktu Sekaten dan Idul Fitri, dia memang datang. Seluruh keluarga Mulyono senang setiap kali dia datang. Bahkan, Kedono dan Kedini selalu rela ikut menemaninya duduk-duduk menglesat di halaman masjid kraton untuk mendengarkan suara gamelan Sekaten yang hanya bersembunyi tang-tung-tang-tung-grombyang itu.

Malah lama kelamaan mereka dapat ikut larut dan menikmati suana Sekaten di amsjid itu.
"Kok suaranya aneh ya, mbok. Tidak seperti gamelan kelenengan biasanya."
"Ya, tidak Gus, Den Rara. Ini gending keramatnya Kanjeng Nabi."
"Lha, ya tidak. Kalau mau mendengarkan dengan nikmat, pejamkan mata kalian. Nanti kalian akan dapat masuk.' Mereka menurut. Dan betul saja, lama-lama suara gemelan Sekaten itu enak juga didengar. Selain Sekaten dan Idul Fitri itu, peristiwa menyenangkan dengan kedatangan Mbok Jah ialah oleh-oleh Mbok Jah dari desa. Terutama jadah yang halus, bersih, dan gurih. Kehebatan Mbok Jah menyambal terasi pun juga tak kunjung surut.

Dikutip dari Buku Kreatif Berbahasa dan Bersastra Indonesia. 
Penerbit:Ganeca

Demikianlah yan dapat admin bagikan tentang contoh alur pembangun karya sastra. Semoga apa yang admin bagikan ini bermanfaat buat kemajuan belajar anak didik dalam memahami contoh alur pembangun karya sastra. Selamat belajar dan semoga berhasil. Terima kasih.