ilmubindo.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan tentang pengertian tema
dalam teks cerpen lengkap dengan contoh teks cerpen. Semoga apa yang
admin bagikan ini dapat memberikan dapat membantu anak didik dalam
mencari pengertian tema dalam teks cerpen. Dan harapannya apa yang admin
bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan
belajar anak didik di sekolah, khususnya dalam memahami lebih dalam
tentang unsur-unsur intrinsik dalam teks cerpen.
www.ilmubindo.com
Teks cerpen memuat unsur-unsur pembangun cerita. Unsur pembangun cerita
tersebut yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Kali ini kita akan
membahas tentang pengertian tema lengkap dengan contoh teksnya. Semoga
bermanfaat buat kita semua.
Pengertian Tema
Tema
adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema dapat bersinonim
dengan ide utama dan tujuan utama. Jadi, tema merupakan gagasan dasar
umum, dasar cerita sebuah karya yang digunakan pengarang untuk
mengembangkan cerita.
Tema adalah suatu gagasan pokok
atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat tulisan.
Pada setiap tulisan pastilah memunyai sebuah tema, karena dalam sebuah
penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat. Dalam
menulis cerpen, puisi, novel, karya tulis, dan berbagai macam jenis
tulisan haruslah memiliki sebuah tema.
Jadi, jika
diandaikan sebuah rumah, tema adalah pondasinya. Tema juga hal yang
paling utama dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya
menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut.
Pada
karya sastra tema adalah gagasan (makna) dasar umum yang menopang
sebuah karya sastra sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak yang
secara berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya
dilakukan secara implisit. Tema bisa berupa persoalan moral, etika,
agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan
masalah kehidupan. Tema juga bisa berupa pandangan pengarang, ide, atau
keinginan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.
Tema
yang sering diangkat dalam karya sastra adalah masalah kehidupan.
Masalah tersebut berupa pengalaman bersifat individual dan sosial.
Contoh tema yang diangkat, antara lain cinta (cinta terhadap Tuhan,
tanah air, orang tua, atau sahabat, dan kekasih), kesetiakawanan, dan
keadilan.
Contoh Teks Cerpen:
Cerpen 1
Baik Luar Dalam
"Din,
ada Devi tuh di depan nyariin kamu katanya, ditemuin gih. Dah nungguin
dari tadi." Sahut Devi kepada Dinda yang sedang mengerjakan tugas
sekolah di rumah Dinda.
"Bi Surti, bilang aja aku gak ada, lagi keluar apa cari alasan lain gitu." Pinta Dinda pada Bu Surti yang bekerja di rumahhnya.
"Iya, Non."
"Kamu kenapa kayak gitu sama Devi? Dia sudah datang jauh-jauh malah kamu gituin. Devi itu anak baik lho, Din."
"Iya
dari memang luarnya kelihaatan baik, manis, ramah. Tapi apa hanya itu
saja kamu mengukur sifat seseorang? Dari luar memang manis. Tapi
dalamnya tuh pahit."
"Pahit maksudnya gimana?"
"Devi itu sering ngomongin keburukan temannya sendiri di belakang orangnya. Banyak pokoknya, yang gak bisa aku jelasin ke kamu.
"Beda
sama kamu, lihatlah kami ini. Judes, ceplas-ceplos kalo ngomong sama
aku. Tapi hatimu tulus, Tin, bukan baik di luar tapi dalamnya busuk. Aku
gak butuh kawan yang tampilan luar orang dalam berteman." Jelas Dinda.
Cerpen 2
Tak Konsisten
Terdengar
bunyi alarm begitu keras mengusik tidur Agus yang begitu terlelap. Dia
mengeliat menahan rasa kantuk. Kemudian dia membuka matanya secara
perlahan.
"Oh
Tuhan!" Agus terkejut melihat jam ternyata pukul 07.00 pagi. Dia
langsung bergegas menuju kamar mandi, kemudian dia mandi dan merapikan
diri lalu tancap gas untuk pergi ke kantor. Sesampainya di kantor, dia
sudah terlambat menghadiri meeting yang diajukan daari jam biasanya
karena bosnya akan segera pergi keluar negeri.
"Maaf, Pak. Saya boleh masuk?" Tanya Agus pada bosnya yang sedang memimpin meeting.
"Iya, silakan duduk, Gus, tapi maaf hari ini proyekmu digantikan oleh Riyan."
"Tapi kenapa, Pak? Saya hanya terlambat sebentar."
"Ini
bukan masalah sebentar atau lama. Kita di perusahaan ini para pekerja
profesional. Proyek itu dari dulu saya percayakan sama kamu tapi kamu
ternyata tidak konsisten. Meskipun telat sebentar, ada di antara temanmu
yang bisa memberi ide bagus untuk proyek itu. Jadi, maaf sekali lagi,
sudah bagus kamu tidak saya keluarkan dari tim." Jelas bosnya dengan
tegas.
Langsung
seketika Agus terdiam dengan wajah yang penuh dengan penyesalan.
Setelah meeting selesai Agus pergi menuju meja kerjanya.
"Ini
salahku, Dev. Aku begadang semalam nonton bola Tim kesukaanku sampai
larut malam, sampai-sampai aku lupa kalau ada proyek penting dan
seharusnya menguntungkan bagiku."
"Hmm, makanya kamu harus mengutamakan profesi dari pada hobi." Sambung Devi sedikit menasihati.
Cerpen 3
Mbok Jah
Sudah
dua tahun, baik pada lebaran maupun Sekaten, Mbok Jah tidak "turun
gunung" keluar dari desanya di bilangan Tepus, Gunung Kidul untuk
berkunjung ke rumah bekas majikannya, keluarga Mulyono di kota. Meskipun
sudah berhenti karena usia tua dan capek menjadi pembantu, Mbok Jah
tetap memelihara hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga itu.
Dua puluh tahun telah dilewatinya untuk bekerja sebagai pembantu di
rumah keluarga yang sederhana dan sedang-sedang saja kondisi ekonominya.
Gaji yang diterimanya tidak pernah tinggi, cukup saja, tetapi perlakuan
yang baik dari seluruh keluarga itu telah memberi rasa aman, tenang,
dan tenteram.
Buat
seorang janda yang sudah terlalu tua untuk itu, apalah yang dikehendaki
lagi selain atap untuk berteduh dan makan serta pakaian yang cukup.
Lagi pula anak tunggalnya yang tinggal di Surabaya dan menurut kabar
hidup berkecukupan, tidak mau lagi berhubungan dengannya. Tarikan dan
pelukan istri dan anak-anaknya rupanya begitu erat melengket hingga
mampu melupakan ibunya sama sekali. Tak apa, hiburnya. Di rumah keluarga
Mulyono ini dia merasa mendapat semuanya. Akan tetapi, waktu dia mulai
merasa semakin renta, tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya
menjadi beban keluarga itu. Dia merasa menjadi buruh tumpangan gratis
dan harga dirinya memberontak terhadap keadaan itu. Diputuskannya untuk
pulang ke desanya.
Dia
masih memiliki warisan sebuah rumah desa yang meskipun sudah tua dan
tidak terpelihara akan dapat dijadikannya tempat tinggal di hari tua.
Dan juga tegalan barang sepetak dua petak masih ada juga. Pasti semuanya
itu dapat diaturnya dengan anak jauhnya di desa. Pasti mereka semuanya
dengan senang hati akan menolongnya mempersiapkan semua itu. Orang desa
semua tulus hatinya. Tidak seperti kebanyakan orang kota, pikirnya.
Sedikit-sedikit duit, putusnya.
Maka
dikemukakannya ini kepada majikannya, Majikannya beserta seluruh
anggota keluarganya yang hanya terdiri dari suami istri dan dua orang
anak protes keras dengan keputusan Mbok Jah. Mbok Jah sudah menjadi
bagian yang nyata dan hidup sekali di rumah tangga ini, kata Ndoro
Putri. Selain itu, siapa yang akan mendampingi si Kedono dan si Kedini
yang sudah beranjak dewasa., desah Ndoro Kakung. "Wah sepi lho, Mbok,
kalau tidak ada kamu. Lagi, pula siapa yang dapat bikin sambel terasi
yang begitu sedap selain kamu, Mbok " tukas Kedini dan Kedono.
Pokoknya
keluarga majikan tidak mau ditinggalkan oleh Mbok Jah. Tetapi,
keputusan Mbok Jah sudah mantap. Tidak mau menjadi beban sebagai kuda
tua yang tidak berdaya. Hingga jauh malam mereka tawar-menawar.
Akhirnya, diputuskan suatu jalan tengah. Mbok Jah akan turun gunung dua
kali dalam setahun, yaitu pada waktu Sekaten dan waktu Idul Fitri.
Mereka
lantas setuju dengan jalan tengah itu. Mbok Jah menepati janjinya.
Waktu Sekaten dan Idul Fitri, dia memang datang. Seluruh keluarga
Mulyono senang setiap kali dia datang. Bahkan, Kedono dan Kedini selalu
rela ikut menemaninya duduk-duduk menglesat di halaman masjid kraton
untuk mendengarkan suara gamelan Sekaten yang hanya bersembunyi
tang-tung-tang-tung-grombyang itu. Malah lama kelamaan mereka dapat ikut
larut dan menikmati suana Sekaten di amsjid itu.
"Kok suaranya aneh ya, mbok. Tidak seperti gamelan kelenengan biasanya."
"Ya, tidak Gus, Den Rara. Ini gending keramatnya Kanjeng Nabi."
"Lha, ya tidak. Kalau mau mendengarkan dengan nikmat, pejamkan mata kalian. Nanti kalian akan dapat masuk.'
Mereka menurut. Dan betul saja, lama-lama suara gemelan Sekaten itu enak juga didengar.
Selain
Sekaten dan Idul Fitri itu, peristiwa menyenangkan dengan kedatangan
Mbok Jah ialah oleh-oleh Mbok Jah dari desa. Terutama jadah yang halus,
bersih, dan gurih. Kehebatan Mbok Jah menyambal terasi pun juga tak
kunjung surut.
Dikutip dari Buku Kreatif Berbahasa dan Bersastra Indonesia.
Penerbit:Ganeca
Cerpen 4
Kenangan Tentang Bunda
"Lo, kenapa menangis?" tanya Eyang Putri cemas. Belau meletakkan obat dan segelas air putih di meja. Via diam tidak menjawab. Isaknya semakin jelas terdengar.
"Eyang, benarkah Bunda tidak mau mengurus, Via?" tanyanya terpatah-patah.
"Siapa bilang?" kata Eyang.
"Tadi di Puskesmas Bi Jum bercerita pada orang-orang. Katanya Bunda tidak mau mengurus Via. Bunda sibuk berkarier. Itulah sebabnya Via diasuh Eyang."
Eyang mengangguk-angguk mulai memahami persoalan Via. Namun, beliau belum menanggapi pertanyaan cucunya.
"Minum obat dulu, ya. Nanti kita bicarakan hal ini," bujuk Eyang seraya membantu Via minum obat. Sesekali terdengar helaan nafas panjangnya.
Pagi tadi Eyang menyuruh Bi Jum, pembantunya mengantar Via berobat ke Puskesmas. Sudah dua hari Via pilek. Biasanya Eyang sendiri yang mengantar Via berobat. Namun tetangga sebelah meninggal. Eyang melayat ke tetangga sebelah.
"Benarkah Bunda tidak mau mengasuh Via, Eyang?" desak Via penasaran.
Eyang menatap lembut cucunya yang sedang sedih dan gelisah. Dengan penuh kasih sayang tangannya yang keriput membelai Via.
"Apakah Via merasa begitu?"
Via termenung. Ya, seperti ucapan Bi Jum ada benarnya juga. Bude Laras dan Bulik Prita, saudara Bunda mengasuh sendiri anak-anaknya. Meskipun mereka berdua juga bekerja di kantor. Sementara Via diasuhb Eyang.
"Bingung, ya? Via, umumnya seorang anak memang tinggal bersama orang tuanya. Namun karena alasan tertentu, ada juga anak yang tinggal dengan orang lain."
"Dan alasan itu karena mereka tidak mau repot mengasuh anaknya, kan?" potong Via sengit.
"Mmm, sebaiknya Via cari tahu sendiri ya, jawabannya. Nanti Eyang beritahu caranya.
Via menatap Eyang tak berkedip. Dengan seyum tak tersunggingdi bibir, Eyang beranjak mengambil kertas dan bolpoin.
"Dulu, kalau Eyang kecewa terhadap seseorang, Eyang menulis semua hal tentang orang tersebut. Semua kenangan yang manis ataun pun yang tidak menyenangkan. Biasanya begitu selesai menulis, hati Eyang lega. Pikiran pun menjadi jernih. Sehingga Eyang bisa menilai orang itu dengan tepat. Via mau mencoba cara ini? Tulisan kenangan tentang Bunda. Mudah-mudahan Via akan menemukan jawaban. Eyang ke dapur dulu, ya."
Begitu Eyang berlalu, Via meremas kertas. Untuk apa menulis kenangan tentang Bunda? Bikin tambah kesal saja. Plung! Via melempar kertas ke tempat basah.
Langit begitu biru. Via menatap gumpalan awan putih yang berarak. Dulu Bunda bercerita awan itu berlari karena takut digelitik angin. Kenangan Via kembali ke masa kecil. Bunda selalu mendongeng menjelang tidur. Bunda selalu memandikan dan menyuapinya. Tugas itu tidak pernah digantikan pembantu, meskipun Bunda juga bekerja di kantor.
Tiba-tiba jam kerja Bunda bertambah , karena hari Sabtu libur. Bunda tiba di rumah paling awal pukul 17.20. Kini Via lebih banyak bersama pembantu. Suatu ketika Bunda pulang lebih awal karena tidak enak badan. Saat itu waktu buat Via tidur siang. Namun pembantu mengajaknya main ke rumah tetangga. Bunda marah dan pembantu ketakutan maka pembantu itu memilih untuk keluar.
Sambil menunggu pembantu baru, Via ikut Bunda ke kantor sepulang sekolah. Mula-mula semua berjalan lancar. Lalu Via mulai sakit-sakitan. Akhirnya ia harus opname. Dokter menduga Via kurang istirahat dan makan kurang teratur. Bunda menangis mendengarnya. Ia merasa bersalah.
Eyang datang menawarkan diri mengasuh Via di Salatiga. Via senang sekali. Ia tidak akan kesepian karena banyak sepupunya yang tinggal tidak jauh dari rumah Eyang. Sebetulnya Bunda keberatan. Namun demi kebaikan Via, Bunda pun rela.
Setiap awal bulan Ayah dan Bunda bergantian ke Salatiga. Biasanya mereka tiba Minggu pagi. Sore harinya mereka sudah kembali ke Bandung, karena besok paginya harus ke kantor. Bunda pun selalu menyempatkan diri mengambil rapor Via atau menemani Via ikut piknik sekolah. Saat ulang tahun Via, Ayah dan Bunda cuti untuk merayakannya bersama.
Oleh: Mudjibah Utami