ilmubindo.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan kumpulan 16 puisi karya Chairil Anwar dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 revisi. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang kumpulan 16 puisi karya Chairil Anwar dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 revisi. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami kumpulan 16 puisi karya Chairil Anwar dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 revisi.
Kumpulan Puisi
Karya: Chairil Anwar
Aku
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Tak Sepadan
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang kau mengembara serupa
Ahasveros
Dikutuk-sumpah Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak 'kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka
Senja di Pelabuhan Kecil
Buat Sri Ayati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali.
Kapal perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya maut
berpaut
Gerimis mempercepat kelam.
Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari
berenang
Menemu bujuk pangkal akanan.
Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang
ombak
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih
pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Cintaku Jauh di Pulau
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja"
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh
Mengapa ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng
sendiri.
Kawanku dan Aku
Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan
Darahku mengental pekat
Aku tumpat pedat
Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga
Dia bertanya jam berapa?
Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti
Kepada Kawan
Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang 'tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang
dalam dada darah serta rasa,
belum bertugas kecewa dan gentar
belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam
membenam,
Layar merah berkibar hilang dalam
kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga
mencekik diri sendiri!
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas
kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu, laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau
perbuat,
Hilang sonder
kerabat,
Tidak minta ampun atas segala
dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa
saja!
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, 'kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian
madu!!!
Doa
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
caya-Mu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintu-Mu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Kepada Peminta-Minta
Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku
Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku
Cerita Buat Dien Tamaela
Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu
Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut
Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan
Beta Pattirajawane, menjaga hutan
pala
Beta api di pantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama
Dalam sunyi malam ganggang
menari
Menurut beta punya tifa,
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.
Mari menari!
mari beria!mari berlupa!
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu!
Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar
pulau ...
Beta Pattirajawane
yang dijaga datu-datu
Cuma satu
Sebuah Kamar
Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia .
Bulan yang menyinar ke dalam
mau lebih banyak tahu.
"Sudah lima anak bernyawa di sini,
Aku salah satu!"
Ibuku tertidur dalam serdadu,
keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang tersalib di batu!
Sekeliling dunia bunuh diri!
Aku minta adik lagi pada
Ibu dan bapakku, karena mereka berada di luar
hitungan: Kamar begini
3 x 4, terlalu sempit buat meniup nyawa!
Hampa
Kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai di puncak. Sepi memangut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti
Sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencengkung punda
Sampai binasa segala.
Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertepik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
Prajurit Jaga Malam
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa
nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang
tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang -
bintangnya
Kepastian ada di sisiku selama
menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani
hidup
Aku suka pada mereka yang masuk
menemu malam
Malam yang berwangi mimpi,
terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa
nasib waktu!
Yang Terampas dan Yang Putus
Kelam dan angin lalu mempesiang
diriku
Menggigir juga ruang di mana dia
yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi
semati tugu
Di karet, di karet (daerahku y.a.d)
sampai juga deru dindin
Aku berbenah dalam kamar, dalam
diriku jika kau datang dan aku bisa
lagi lepaskan kisah baru padamu;
Tapi kini hanya tangan yang
bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan
peristiwa berlalu beku
Rumahku
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala
nampak kulari dari gedong lebar
halaman
Aku tersesat tak dapat jalan kemah
kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke
mana Rumahku dari unggun-timbun
sajak
Di sini aku berbini dan
beranak rasanya lama lagi, tapi
datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu
Persetujuan dengan Bung Karno
Ayo! Bung Karno kasi tangan mari
kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan
bicaramu
Dipanggang di atas apimu, digarami
lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada
rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita
berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita
bertolak & berlabu
Sajak Putih
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar
dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut
senda sepi menyanyi, malam dalam
mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak
membelah ....
Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang kumpulan 16 puisi karya Chairil Anwar dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 revisi. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam memahami kumpulan 16 puisi karya Chairil Anwar dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 revisi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.
nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang
tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang -
bintangnya
Kepastian ada di sisiku selama
menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani
hidup
Aku suka pada mereka yang masuk
menemu malam
Malam yang berwangi mimpi,
terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa
nasib waktu!
Yang Terampas dan Yang Putus
Kelam dan angin lalu mempesiang
diriku
Menggigir juga ruang di mana dia
yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi
semati tugu
Di karet, di karet (daerahku y.a.d)
sampai juga deru dindin
Aku berbenah dalam kamar, dalam
diriku jika kau datang dan aku bisa
lagi lepaskan kisah baru padamu;
Tapi kini hanya tangan yang
bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan
peristiwa berlalu beku
Rumahku
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala
nampak kulari dari gedong lebar
halaman
Aku tersesat tak dapat jalan kemah
kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke
mana Rumahku dari unggun-timbun
sajak
Di sini aku berbini dan
beranak rasanya lama lagi, tapi
datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu
Persetujuan dengan Bung Karno
Ayo! Bung Karno kasi tangan mari
kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan
bicaramu
Dipanggang di atas apimu, digarami
lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada
rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita
berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita
bertolak & berlabu
Sajak Putih
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar
dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut
senda sepi menyanyi, malam dalam
mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak
membelah ....
Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang kumpulan 16 puisi karya Chairil Anwar dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 revisi. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam memahami kumpulan 16 puisi karya Chairil Anwar dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 revisi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.