Pengertian, Ciri, Jenis, dan Struktur Teks Fabel

ilmubindo.com_ Banyak orang tua membiasakan mendongeng untuk buah hatinya sebagai pengantar tidur. Mengapa orang tua suka mendongeng untuk buah hatinya? Ternyata dalam cerita dongeng binatang termuat nilai-nilai moral tentang ajaran hidupan manusia yang harus saling menolong, mencintai, dan melindungi sesama makhluk Tuhan. Orang tua mendongengkan dongeng binatang pasti pasti mempunyai tujuan tertentu. Melalui dongeng binatang, pesan moral dalam dongeng tersebut diharapkan akan sampai kepada buah hatinya.

Fabel adalah salah satu dongeng yang menampilkan binatang sabagai tokoh utama. Tokoh tersebut dapat berpikir, berperasaan, berbicara, bersikap, dan berinteraksi seperti manusia. Fabel bersifat didaktis atau mendidik. Fabel digunakan sebagai kiasan kehidupan manusia dan untuk mendidik masyarakat. Pujangga fabel pertama adalah Aesopus dari Yunani atau dikenal dengan Aesop.

Pengertian, Ciri, Jenis, dan Struktur Teks Fabel
 www.ilmubindo.com

Menurut Dr. C. Hooykaas, ada lima cerita binatang sebagai cerita pokok.
  1. "Kancil dan Buaya"
  2. "Harimau dengan Kancil"
  3. "Tupai dengan Rubah Bersahabat"
  4. "Siput dengan Burung Lomba Centawai Berlomba"
  5. "Kancil dengan Anak Lingsang"
Dalam fabel dikenal siklus kancil, yaitu rangkaian (lingkaran) cerita pada kancil yang pada hakikatnya satu sama lain meruakan satu kesatuan.
  1. "Hikayat Pelanduk Jenaka"
  2. "Syair Pelanduk atau Syair Sang Kancil"
  3. "Cerita Kancil"
  4. "Cerita Pelanduk dengan Anak Nemerang" 
Fabel terdapat di seluruh dunia, hanya tokoh utamanya yang berbeda.
  1. Kesastraan Belanda: Tokoh utamanya yaitu serigala, serigala tersebut bersifat licik, busuk hati, penuh tipu muslihat.
  2. Kesastraan Campa, Kamboja, Aman: Tokoh utama  yaitu kelinci.
  3. Kesastraan Indonesia: Tokoh utama yaitu kancil. kancil bersifat arif, cerdik, baik hati, dan suka menolong.
  4. Kesastraan Sunda: Tokoh utamanya kera
  5. Kesastraan Jawa: Tokoh utamanya yaitu kancil
  6. Kesastraan Bali: Tokoh utama yaitu induk ayam hitam.
Ciri-ciri fabel sebagai berikut.
  1. Tokoh utama binatang
  2. Alur ceritanya sederhana
  3. Cerita singkat dan bergerak cepat
  4. Karakter tokoh tidak diuraikan secara terperinci
  5. Gaya penceritaan secara lisan
  6. Pesan atau tema kadang-kadang dituliskan dalam cerita
  7. Pendahuluan sangat singkat dan langsung.
Jenis-Jenis Fabel
Dilihat dari waktu kemunculannya, fabel dapat dikategorikan kedalam fabel klasik dan fabel modern.
  • Fabel Klasik 
Fabel klasik merupakan cerita yang telah ada sejak zaman dahulu, tetapi tidak ketahui persis waktu munculnya, yang diwariskan secara turun-temurun  lewat sarana lisan. Cerita dalam fabel klasik sudah ada sejak zaman Yunani klasik dan India Kuno, seperti "Jataka" dan "Pancatantra". Di Indonesia cerita tersebut ditemukan pada suku Melayu, Jawa, Sunda, dan Toraja. Dalam sastra Melayu dan Jawa tokoh binatang itu adalah kancil, sedangkan pada sastra Sunda adalah Kera, dan di Toraja adalah kera hantu.

Ciri-ciri fabel klasik sebagai berikut.
  1. Cerita sangat pendek.
  2. Tema sederhana
  3. Kental dengan petuah/moral.
  4. Sifat hewani masih melekat.
  • Fabel Modern
Fabel modern adalah merupakan cerita yang muncul cerita yang muncul dalam waktu relatif belum lama dan senggaja ditulis oleh pengarang sebagai ekspresi kesastraan. Dilihat dari jumlahnya, fabel modern lebih banyak daripada fabel klasik. Tokoh-tokoh dalam fabel modern sangat beragam meliputi berbagai jenis binatang seperti burung, ikan, binatang hutan, atau binatang rumahan.
Contoh fabel modern "Keledai yang Dungu","Gendon Kembali ke Sekolah". Gendon adalah seekor anak gajah dari sekolah gajah.

Ciri-ciri fabel modern sebagai berikut.
  1. Cerita bisa pendek atau panjang.
  2. Tema lebih rumit.
  3. Kadang-kadang berupa epik atau saga.
  4. Karakter setiap tokoh unik.
Kucing dan Tikus Tua yang Berpengalaman
karya: Aesop

       Pada suatu masa ada seekor kucing yang sangat awas dan sigap. Tikus-tikus takut memperlihatkan dirinya karena takut dimangsa oleh sang kucing. Kucing tersebut selalu siap siaga dengan cakarnya, siap menerkam. Akhirnya, tikus-tikus tersebut tidak berani berkeliaran terlalu jauh dari sarang mereka sehingga sang kucing harus menggunakan akalnya untuk menangkap mereka.
       Suatu hari sang kucing naik ke atas rak. Ia menggantungkan dirinya dengan satu kakinya pada tali, dengan kepala menghadap ke bawah, seolah-olah telah mati. Saat tikus-tikus melihat posisi kucing seperti itu, mereka menyangka bahwa sang kucing telah melakukan kesalahan. Dengan hati-hati, tikus-tikus itu mengeluarkan kepalanya dari sarang dan mengendus-endus kesana kemari. Karena tidak terjadi apa-apa, mereka akhirnya melompat keluar dari sarang dan menari-nari dengan gembira untuk merayakan kebebasan mereka.
       Saat itulah sang kucing tiba-tiba melepaskan pegangannya pada tali. Sebelum tikus-tikus tersebut tersadar dari rasa terkejut mereka, sang kucing telah menangkap tiga sampai empat ekor tikus. Sekarang tikus-tikus makin berhati-hati, tetapi sang kucing selalu ingin menangkap tikus. Sang kucing membuat tipuan yang lain. Ia mengguling-gulingkan tubuhnya ke tempat terigu hingga tubuhnya tertutup sepenuhnya oleh terigu. Kemudian, sang kucing berbaring diam-diam dengan satu mata terbuka. 
       Yakin bahwa keadaan aman, tikus-tikus mulai keluar kembali dari sarang. Saat sang kucing diam dan siap-siap untuk menerkam tikus-tikus tersebut, seekor tikus tua yang berpengalaman dengan tipuan sang kucing, berdiri sambil menjaga jarak di dekat sarang mereka.
       "Hati-hati!" teriaknya. "Mungkin terigu itu kelihatan seperti tumpukan makanan yang lezat, tetapi sepertinya itu adalah tipuan dari sang kucing. Apa pun itu, lebih baik kalian semua berhati-hati dan menjaga jarak yang aman."  

Struktur Teks Cerita Fabel
Pada umumnya cerita fabel terdiri atas tiga bagian sebagai berikut.
  1. Orientasi, yaitu bagian awal berisi pengenalan tokoh, latar tempat dan waktu, dan awalan masuk ke tahap berikutnya.
  2. Komplikasi,  yaitu tokoh utama berhadapan dengan masalah. Bagian ini menjadi inti cerita. Bagian ini harus ada. Jika tidak ada masalah, harus diciptakan masalah.
  3. Resolusi, yaitu kelanjutan dari komplikasi, yaitu pemecahan masalah. Masalah harus diselesaikan dengan cara kreatif.
  4. Koda, yaitu berisi perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita tersebut.