ilmubindo.com_ Saat itu adalah musim panas yang
menyenangkan di desa, jagung yang keemasan, gandum yang hijau, dan timbunan
rumput kering bertumpuk di padang pasir terlihat indah. Burung bangau berjalan
dengan kakinya yang panjang dan indah, sambil berbicara dalam bahasa Mesir yang
diajarkan ibunya.
Di sebuah tempat yang terang
benderang terdapat sebuah rumah petani, duduklah seekor bebek yang sedang
menunggu telur-telurnya menetas. Dia sudah mulai kelelahan karena bebek-bebek
muda tersebut mebutuhkan waktu yang lebih lama untuk keluar dari cangkang telur
dan karena beberapa tamu datang menjenguknya.
Akhirnya satu-persatu cangkang telur
tersebut menetas, dan mahkluk hidup yang keluar tersebut bersuara "kwek,
kwek." Bebek-bebek kecil tersebut saling berpandangan dan berkata
"Dunia ini sungguh luas."
"Apakah kalian pikir ini adalah
seluruh dunia?"tanya sang induk. "Tunggulah sampai kalian melihat
kebun, dunia terbentang luas diluar kebun sampai ke padang rumput milik sang
pendeta."
"Baiklah bagaimana
keadaanmu?" kata seekor bebek tua yang datang mengunjungi si induk bebek.
"Telur yang paling besar masih
belum menetas," kata sang induk.
"Coba saya lihat telur yang
belum menetas itu,"kata sang bebek tua."Ya seperti yang sudah saya
kira, ini adalah telur burung kalkun dan saran saya, tinggalkan telur itu, dan
ajarlah anak-anakmu yang lain berenang."
"Saya rasa saya akan
mengeraminya lebih lama," kata sang induk bebek.
Akhirnya telur yang paling besar itu
menetas, dan keluarlah seekor bebek muda. Bebek tersebut sangat besar dan
sangat buruk rupa.
"Kita akan mengetahui apakah
dia itu burung kalkun ketika kita pergi ke sungai," kata sang induk bebek.
Esok harinya anak-anak bebek itu dibawa ke sungai, dan satu-persatu meloncat
masuk mengikuti sang induk, dan berenang dengan cukup mudah, begitupun dengan
sang bebek buruk rupa.
"Dia bukan burung kalkun,"
kata sang induk. "Dia anakku dan jika kau mengamatinya dengan seksama, dia
tidak terlalu buruk rupa," kata sang induk. Kemudian, bebek-bebek muda
tersebut dibawa ke pekarangan petani untuk diperkenalkan.
"Lebarkan jari-jari kaki kalian
dan bentangkan kaki kalian dengan lebar," kata sang induk. Anak-anak bebek
tersebut, melakukan apa yang diperintahkan, tapi bebek-bebek yang ada di
pekarangan memandangi mereka, dan salah seekor bebek terbang menuju ke bebek
buruk rupa itu dan mematoki lehernya.
"Bebek itu sangat besar dan
sangat buruk rupa," kata bebek jahat tersebut.
Hari demi hari berlalu, sang anak
bebek malang tersebut yang keluar dari cangkang telur terakhir merasa sangat
menderita karena dia buruk rupa. Dia dihina oleh semua, dan bahkan sang induk
menyesali bahwa dia pernah dilahirkan. Dan akhirnya dia terbang melewati pagar
dan menakuti burung-burung kecil di kandang.
"Mereka semua ketakutan karena
saya sangat buruk rupa" katanya, dan dia terus terbang sampai di padang
dimana "Dia dihina oleh semua" bebek-bebek liar hidup, dan
bebek-bebek tersebut mendatanginya dan berkata "Bebek jenis apakah kamu?
Kamu sangat buruk rupa, tapi tidak jadi masalah selama kamu tidak menikahi
salah satu dari kami." bebek yang malang. Dia tidak berpikir untuk
menikah, yang dia inginkan hanyalah tinggal di alang-alang padang.
Ketika dia sudah di sana selama dua
hari, datanglah dua ekor angsa liar, mereka masih sangat muda dan cakap.
"Kami sangat menyukaimu,"
kata mereka "karena kamu sangat buruk rupa, jika kamu mau, kamu bisa pergi
bersama kami ke padang yang lainnya yang tidak jauh dari sini. Ada beberapa
angsa liar yang cantik disana, tidak ada satupun dari mereka yang sudah
menikah."
"Dor, dor," terdengar di
udara dan diantara kepanikan itu dua ekor angsa meninggal. Bunyi "dor,
dor," terdengar dimana-mana, dimana-mana terdapat pemburu dan anjing.
Bebek yang malang itu sangat ketakutan, dan seekor anjing besar mendorong
hidungnya cukup dekat dengan dia, tapi langsung mencebur ke dalam air.
"Oh, untung saya sangat buruk rupa, sampai-sampai seekor anjingpun tidak
mau menggigit saya," kata anak bebek.
Ketika hari sudah sangat larut
akhirnya si anak bebek bergegas meninggalkan padang. Tapi tak lama kemudian
muncullah badai dan anak bebek sangat susah untuk bertahan. Akhirnya dia menuju
ke sebuah pondok. Pintunya tidak tertutup rapat sehingga sang anak bebek masuk
ke dalam dan berteduh semalam. Seorang wanita, seekor kucing dan seekor ayam
betina tinggal di dalam pondok tersebut dan pada pagi harinya mereka menemukan
sosok asing.
"Oh, sungguh suatu
kejutan," kata wanita tersebut, "saya harap saya bisa mendapatkan
beberapa telur bebek." Karena penglihatan wanita itu kabur maka dia
mengira bahwa anak bebek tersebut merupakan seekor bebek besar.
Kucing dan ayam betina tersebut
selalu mengganggap diri mereka yang terbaik di dunia. "Dapatkah kamu
bertelur?" tanya ayam betina kepada anak bebek.
"Dapatkah kau mendengkur?"
tanya kucing. 'Tidak', oleh karena itu kamu tidak berhak berpendapat. Akhirnya
anak bebek malang duduk di sudut dengan perasaan sedih dan ingin berenang.
Ketika dia mengutarakan hal tersebut, mereka mengatakan bahwa anak bebek malang
itu tidak waras.
"Ide yang konyol," kata
ayam betina."Tanyakan kepada si kucing, apakah dia ingin berenang, tanya
kepada nyonya kami. Apa kau pikir dia ingin berenang atau menyelam. Saya
anjurkan kamu belajar mendengkur atau bertelur secepatnya.
Tapi sang anak bebek merasa bahwa
dia harus pergi ke dunia luar lagi, maka dia meninggalkan pondok itu dan segera
menemukan air, tapi semua binatang menghindarinya karena dia buruk rupa. Musim
gugur datang, dan musim dingin mendekat. Burung gagak berdiri di pagar dan
berkuak.
Hingga pada suatu senja datanglah
kumpulan burung indah. Mereka adalah angsa. Anak bebek belum pernah melihat
angsa sebelumnya. Mereka mengeluarkan bunyi yang aneh ketika mereka terbang
menyeberangi laut menuju negara yang lebih hangat. Ketika mereka terbang, anak
bebek merasakan sensasi yang sangat aneh. Dia berputar-putar di dalam air dan
menangis sehingga membuat dia takut. Dia tahu dia tidak akan pernah melupakan
burung-burung yang mempesona itu, dan berharap bahwa dia indah seperti mereka.
Tapi cuaca sangat dingin dan dia
terbaring beku di es. Seekor merak yang lewat melihat mahkluk yang malang itu
dan membawa pulang dimana kehangatan menyadarkannya kembali. Anak bebek
ketakutan ketika anak-anak ingin bermain dengan dia, dan dalam ketakutan dia
bergerak tidak teratur ke wajan susu dan kemudian ke tong tepung. Sang wanita
memukulnya dengan penjepit tapi dia berhasil menyelamatkan diri melalui pintu
yang terbuka.
Semua kesengsaraan yang dialami
bebek kecil yang malang terlalu sedih untuk diceritakan. Dia terbangun di suatu
pagi di suatu padang. Matahari bersinar dengan hangat dan dia merasa bahwa
sayapnya kuat ketika dia terbang tinggi ke angkasa. Mereka membawanya ke sebuah
taman yang besar. Suasana sekitar sangat indah karena ini adalah awal musim
semi. Kemudian datang tiga ekor angsa yang rupawan berenang. "Aku akan
terbang menuju burung yang menyerupai yang menyerupai raja itu," kata dia,
"mungkin mereka akan membunuhku karena aku begitu buruk rupa dan aku
berani mendekati mereka, tapi hal itu tidak masalah, lebih baik dibunuh oleh
mereka daripada dipatoki bebek, dikejar ayam, dan diusir gadis yang memberi
makan unggas, atau mati kedinginan dan kelaparan di musim dingin."
Akhirnya dia terbang menuju air dan
mendekati mahkluk yang indah tersebut. Begitu melihat sosok asing tersebut,
angsa-angsa terbang mendekatinya dengan sayap yang terbentang.
Anak bebek yang malang itu
menundukkan kepalanya menyangka dia akan mati. Tapi apa yang lihat dari dari
air yang terpantul jernih?" Bayangan dia sendiri, tidak lagi seekor burung
yang gelap, abu-abu dan jelek, melainkan seekor angsa yang anggun dan
mempesona. Bagi seekor burung, tidak masalah asalkan dia dinetaskan dari sebuah
telur angsa. Sekarang dia merasa bahagia telah menderita kesedihan dan masalah,
karena dia menjadi lebih menikmati kesenangan dan kebahagiaan di sekitarnya.
Angsa-angsa yang mempesona itu berenang mengitari si pendatang baru, dan menyambutnya
dengan mengusap lehernya dengan paruh mereka.
Tak lama lagi datanglah beberapa
anak kecil ke taman dan melemparkan roti ke dalam air, dan mereka
bertepuk-tangan kegirangan sambil berteriak. "Ada seekor angsa baru dan
paling indah diantara semuannya, dia begitu muda dan manis."
Burung yang bahagia itu tidak tahu
harus berbuat apa, dia merasa sangat senang, tapi tidak merasa bangga. Dia
selalu diperlakukan dengan buruk karena dia buruk rupa, dan sekarang dia
mendengar bahwa dia burung yang paling indah. Dia menggerakkan bulu-bulunya dan
membengkokkan lehernya yang indah dan dari dalam hatinya dia menjerit.
"Aku tidak memimpikan
kebahagiaan seperti ini ketika aku adalah seekor bebek yang buruk rupa."