Menelaah Kebahasaan dan Memerankan Isi Fabel/Legenda Edisi Revisi 2016

ilmubindo.com_ Legenda/fabel memiliki ciri-ciri tersendiri dalam hal penggunaan bahasa. Bahasa yang digunakan dalam fabel/legenda juga memiliki banyak kesamaan dengan teks narasi, sebagai berikut.
1)  Menggunakan urutan waktu (lampau). Hal ini ditandai dengan penggunaan kata-kata, seperti pada, pada suatu ketika, pada suatu hari, ketika itu, sejak saat itu, dan beberapa hari kemudian. Disamping itu, fabel/legenda sering ditandai dengan penggunaan keterangan waktu sebagai pembuka cerita, yakni dengan kata-kata pada zaman dahulu, pada dahulu kala, dan konon ketika itu.

2) Menggunakan kata sandang si dan sang, terutama pada fabel, seperti pada julukan tokoh si Kancil, si Gajah, sang Buaya, sang Harimau.

Contoh:
Si Kancil  tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berteriak meminta tolong,. Teriakan si Kancil ternyata terdengar oleh si Gajah yang kebetulan melewati tempat itu.
"Hai, siapa yang ada di kolam itu?" tanya Gajah.
"Aku ... si Kancil. Tolong aku, Gajah!"

Menelaah Kebahasaan dan Memerankan Isi Fabel/Legenda Edisi Revisi 2016
www.ilmubindo.com

3) Menggunakan kata kerja yang menggambarkan terjadinya suatu peristiwa atau perilaku-perilaku tokoh.

Contoh:
Serigala setuju dan ia masuk ke kandang. Sebelum ia menyerang seekor kambing, para pemilik ternak mendengarnya. Mereka segera berlari membawa tongkat dan pemukul. Para pemilik kandang memukul Serigala sehingga kakinya pincang. Serigala berlari sekencang-kencangnya seraya melolong-lolong. Orang-orang terus mengejar di belakangnya. Akhirnya, ia sampai juga di sarangnya dan selamat. Sepanjang malam ia merasakan kakinya yang sakit. Adapun Musang begitu mendengar suara pemilik kandang, ia berlari menjauh.
Pagi harinya, Musang datang menjenguk.

4) Menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, berpikir, dan mengalami.

Contoh:
Di tengah perjalanan, dia melihat kolam dengan air yang sangat jernih. Tanpa pikir panjang, dia langsung terjun ke dalam kolam. Tindakan Kancil sangat ceroboh, dia tidak berpikir bagaimana cara ia naik.

5) Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditujukan oleh tanda petik ganda ("....") dan kata kerja yang mengantarkan suatu tuturan langsung.

Contoh:
"Wahai semut, hujan telah tiba, jangan bersembunyi!" seru Ulu kepada semut yang sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan. Semut menghela napas dan menatap Ulu dalam-dalam.
"Ulu, aku tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu makanya aku berteduh," sahut Semut.

6) Menggunakan kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana.

Contoh:
Berbeda halnya dengan seekor belalang sembah. Belalang sembah memiliki mata yang besar dan tangan yang panjang. Mereka sering hidup di pohon-pohon seperti halnya para Semut. Ketika musim dingin tiba, belalang sembah hanya berlatih menari. Namun, sang belalang lupa bahwa dia harus mengumpulkan makanan untuk persiapannya menghadapi musim dingin.

  • Memerankan Isi Teks Fabel/Legenda
Cerita dalam fabel/legenda akan lebih menarik apabila kita perankan ke dalam sebuah adegan drama. Berikut langkah-langkahnya.
  • Menentukan fabel/legenda yang akan diperankan.
  • Melakukan bedah cerita untuk menentukan nama-nama tokoh, wataknya, beserta dialog-dialognya.
  • Menentukan urutan cerita, mulai dari prolog, dialog, dan epilognya.
  • Mengembangkan cerita ke dalam suatu adegan drama yang utuh.
  • Mendalami peran yang akan dimainkan berkaitan dengan pemahaman isi dialog tokoh dan rangkaian peristiwa.
  • Berlatih pemeranan secara bersama-sama (antartokoh).
  • Melakukan pementasan peran.