Menelaah Struktur dan Kebahasaan Teks Cerita Imajinasi Kelas VII Edisi Revisi 2016

ilmubindo.com_ Sebagaimana yang telah kalian pelajari sebelumnya bahwa teks cerita imajinasi dibentuk oleh (1) bagian pengenalan cerita, (2) penanjakan menuju konflik, (3) puncak konflik, (4) penurunan, (5) penyelesaian. Bagian-bagian itu sering pula disebut secara lebih sederhana, yakni dengan istilah orientasi, komplikasi, dan resolusi.
  1. Orientasi atau pengenalan cerita, baik itu berkenaan dengan penokohan, latar, maupun bibit-bibit masalah yang dialami tokoh utamanya.
  2. Komplikasi atau puncak konflik, yakni bagian cerita yang menceritakan puncak masalah yang dialami tokoh utama. Masalah itu tentu saja tidak dikehendaki oleh sang tokoh. Bagian ini pula yang paling menegangkan dan rasa penasaran pembaca tentang cara sang tokoh menghadapi dan menyelesaikan masalah itu yang kemudian timbul konsekuensi atau akibat-akibat tertentu yang meredakan masalah sebelumnya.
  3.  Resolusi merupakan tahap penyelesaian akhir dari seluruh rangkain cerita. Berbeda dengan komplikasi, pada bagian ini ketegangan sudah lebih mereda. Dapat dikatakan pada bagian ini hanya terdapat masalah-masalah kecil yang tersisa yang perlu mendapat penyelesaian sebagai langkah-langkah "beres-beres".
Menelaah Struktur dan Kebahasaan Teks Cerita Imajinasi Kelas VII Edisi Revisi 2016
www.ilmubindo.com

Struktur tersebut bersifat umum. Hal ini memungkinkan suatu cerita memiliki struktur yang berbeda karena cerpen memiliki beragam bentuk. Sebagai contoh, berdasarkan teknik kepengarangannya, ada cerpen yang mudah dipahami dan sulit dipahami.

Adapun kebahasaan dalam teks cerita imajinasi adalah sebagai berikut.
  1. Banyak menggunakan kalimat bermakna urutan waktu (lampau) yang ditandai oleh fungsi-fungsi keterangan yang bermakna lampau, seperti ketika itu, beberapa tahun yang lalu, telah terjadi.
  2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
  3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, membersihkan, menawari, melompat, menghindar.
  4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Contoh: mengatakan, menceritakan, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.
  5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
  6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda ("...") dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung. Contoh: a. Alam berkata, "Jangan diam saja, segera temui orang itu!", b. "Di mana keberadaan temanmu sekarang?" tanya Ani pada temannya, c. "Tidak. Aku tidak setuju dengan pendapatmu!!" teriak Lani.
  7.  Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana.
Selama seminggu pertama, Andi begitu gembira memelihara dua ekor burung pipitnya. Kandang burung itu diletakkan di samping kamarnya, dekat kolam ikan. Burung pipit itu selalu diberi makan dan minum. Andi pun selalu rajin membersihkan kotorannya. Semua itu dikerjakan Andi setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah dan sore sebelum dia pergi mandi.