ilmubindo.com | Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang pengertian kalimat deskriptif dan cara menganalisis unsur kebahasaan teks cerita pendek. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang pengertian kalimat deskriptif dan cara menganalisis unsur kebahasaan teks cerita pendek. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan belajar anak didik dalam mempelajari teks cerpen.
www.ilmubindo.com
Pengertian Kalimat Deskriptif
Kalimat deksriptif adalah kalimat yang menggambarkan suatu objek, hal, orang, atau peristiwa sehingga pembaca seperti melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang digambarkan. Kalimat deskriptif biasanya digunakan untuk menggambarkan latar dan tokoh dalam cerpen.
Perhatikan contoh berikut!
Perhatikan contoh berikut!
a. Penggambaran Latar
Listrik sudah empat tahun masuk kampungku dqan sudah banyak yang dilakukannya. Kampung seperti mendapat injeksi tenaga baru yang membuatnya menggeliat penuh gairah. Listrik memberi kampungku cahaya, musik, es, sampai api dan angin. Di kampungku, listrik juga membunuh bulan di langit. Bulan tidak lagi menarik hati anak-anak. Bulan tidak lagi mampu membuat bayang-bayang pepohonan. Tapi kampung tidak merasa kehilangan bulan. Juga tidak merasa kehilangan tiga laki-laki yang tersengat listrik hingga mati.
Sebuah tiang lampu tertancap di depan rumahku. Seperti semasa teman-teman sesama tiang listrik yang membawa perubahan pada rumah yang terdekat, demikian halnya beton langsung yang menyangga kabel-kabel di depan rumahku itu. Bedanya, yang dibawa ke rumahku adalah celoteh-celoteh sengit dua tetangga di belakang rumahku.
b. Penggambaran Tokoh
Wajahnya kasar-kasar seperti tengkorak, kulitnya liat seperti belulang, pipinya selalu menonjol oleh susur tembakau yang ada dalam mulutnya, jalannya tegak seperti seorang maharani yang angkuh. Di Rembang sekitar tahun tiga puluhan, ia lebih terkenal daripada pendeta Osborn pada pertengahan tahun 1954 di Jakarta karena prestasinya menyembuhkan orang-orang sakit secara gaib. Ditinjau dari sudut tertentu, cara pengobatan Mbah Danu adalah rasional. Titik pangkalnya adalah suatu anggapan yang logis. Mbah Danu menegaskan bahwa orang sakit itu "didiami" oleh roh-roh jahat. Oleh karena itu, cara satu-satunya untuk menyembuhkan adalah dengan menghalaukan makhluk yang merugikan kesehatan itu.
Contoh Teks Cerpen
Contoh Teks Cerpen
Cerpen 1
Permintaan Ibu Tercinta
Pagi itu Narti sudah berkemas dan siap untuk pergi. Seperti layaknya seorang anak yang berbakti ia berpamitan dengan ibunya. "Bu, aku mau balik ke Bandung, doakan aku agar selalu dalam lindungan-Nya, agar aku bisa menjalani perintah Tuhan, dan selalu ingat nasehat Ibu," ujar Narti.
"Tentu saja, Nak, Ibu akan selalu mendoakanmu. Tapi sebelum kamu pergi, ada yang Ibu mau tanyakan kepadamu," ujar ibunya.
"Memangnya ada apa, Bu," Narti merasa heran.
"Nak, apakah kamu tidak menyadari, bahwa usiamu semakin bertambah, apakah kamu sudah memikirkan calon pendamping hidupmu? Aku sudah tak sabar ingin mendapatkan cucu darimu, Nak," dengan hati-hati ibunya mengungkapkan keinginan yang selama ini terpendam.
Cerpen Zaini"zai" Ahmad
Cerpen 2
Mbok Jah
Sudah
dua tahun, baik pada lebaran maupun Sekaten, Mbok Jah tidak "turun
gunung" keluar dari desanya di bilangan Tepus, Gunung Kidul untuk
berkunjung ke rumah bekas majikannya, keluarga Mulyono di kota. Meskipun
sudah berhenti karena usia tua dan capek menjadi pembantu, Mbok Jah
tetap memelihara hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga itu.
Dua puluh tahun telah dilewatinya untuk bekerja sebagai pembantu di
rumah keluarga yang sederhana dan sedang-sedang saja kondisi ekonominya.
Gaji yang diterimanya tidak pernah tinggi, cukup saja, tetapi perlakuan
yang baik dari seluruh keluarga itu telah memberi rasa aman, tenang,
dan tenteram.
Buat
seorang janda yang sudah terlalu tua untuk itu, apalah yang dikehendaki
lagi selain atap untuk berteduh dan makan serta pakaian yang cukup.
Lagi pula anak tunggalnya yang tinggal di Surabaya dan menurut kabar
hidup berkecukupan, tidak mau lagi berhubungan dengannya. Tarikan dan
pelukan istri dan anak-anaknya rupanya begitu erat melengket hingga
mampu melupakan ibunya sama sekali. Tak apa, hiburnya. Di rumah keluarga
Mulyono ini dia merasa mendapat semuanya. Akan tetapi, waktu dia mulai
merasa semakin renta, tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya
menjadi beban keluarga itu. Dia merasa menjadi buruh tumpangan gratis
dan harga dirinya memberontak terhadap keadaan itu. Diputuskannya untuk
pulang ke desanya.
Dia
masih memiliki warisan sebuah rumah desa yang meskipun sudah tua dan
tidak terpelihara akan dapat dijadikannya tempat tinggal di hari tua.
Dan juga tegalan barang sepetak dua petak masih ada juga. Pasti semuanya
itu dapat diaturnya dengan anak jauhnya di desa. Pasti mereka semuanya
dengan senang hati akan menolongnya mempersiapkan semua itu. Orang desa
semua tulus hatinya. Tidak seperti kebanyakan orang kota, pikirnya.
Sedikit-sedikit duit, putusnya.
Maka
dikemukakannya ini kepada majikannya, Majikannya beserta seluruh
anggota keluarganya yang hanya terdiri dari suami istri dan dua orang
anak protes keras dengan keputusan Mbok Jah. Mbok Jah sudah menjadi
bagian yang nyata dan hidup sekali di rumah tangga ini, kata Ndoro
Putri. Selain itu, siapa yang akan mendampingi si Kedono dan si Kedini
yang sudah beranjak dewasa., desah Ndoro Kakung. "Wah sepi lho, Mbok,
kalau tidak ada kamu. Lagi, pula siapa yang dapat bikin sambel terasi
yang begitu sedap selain kamu, Mbok " tukas Kedini dan Kedono.
Pokoknya
keluarga majikan tidak mau ditinggalkan oleh Mbok Jah. Tetapi,
keputusan Mbok Jah sudah mantap. Tidak mau menjadi beban sebagai kuda
tua yang tidak berdaya. Hingga jauh malam mereka tawar-menawar.
Akhirnya, diputuskan suatu jalan tengah. Mbok Jah akan turun gunung dua
kali dalam setahun, yaitu pada waktu Sekaten dan waktu Idul Fitri.
Mereka
lantas setuju dengan jalan tengah itu. Mbok Jah menepati janjinya.
Waktu Sekaten dan Idul Fitri, dia memang datang. Seluruh keluarga
Mulyono senang setiap kali dia datang. Bahkan, Kedono dan Kedini selalu
rela ikut menemaninya duduk-duduk menglesat di halaman masjid kraton
untuk mendengarkan suara gamelan Sekaten yang hanya bersembunyi
tang-tung-tang-tung-grombyang itu. Malah lama kelamaan mereka dapat ikut
larut dan menikmati suana Sekaten di amsjid itu.
"Kok suaranya aneh ya, mbok. Tidak seperti gamelan kelenengan biasanya."
"Ya, tidak Gus, Den Rara. Ini gending keramatnya Kanjeng Nabi."
"Lha, ya tidak. Kalau mau mendengarkan dengan nikmat, pejamkan mata kalian. Nanti kalian akan dapat masuk.'
Mereka menurut. Dan betul saja, lama-lama suara gemelan Sekaten itu enak juga didengar.
Selain
Sekaten dan Idul Fitri itu, peristiwa menyenangkan dengan kedatangan
Mbok Jah ialah oleh-oleh Mbok Jah dari desa. Terutama jadah yang halus,
bersih, dan gurih. Kehebatan Mbok Jah menyambal terasi pun juga tak
kunjung surut.
Dikutip dari Buku Kreatif Berbahasa dan Bersastra Indonesia.
Penerbit:Ganeca
Cerpen 3
Kenangan Tentang Bunda
Brek!
Via menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Air matanya meleleh
membasahi bantal. Hati via betul-betul terluka mendengar omongan Bi Jum.
"Lo,
kenapa menangis?" tanya Eyang Putri cemas. Belau meletakkan obat dan
segelas air putih di meja. Via diam tidak menjawab. Isaknya semakin
jelas terdengar.
"Eyang, benarkah Bunda tidak mau mengurus, Via?" tanyanya terpatah-patah.
"Siapa bilang?" kata Eyang.
"Tadi
di Puskesmas Bi Jum bercerita pada orang-orang. Katanya Bunda tidak mau
mengurus Via. Bunda sibuk berkarier. Itulah sebabnya Via diasuh Eyang."
Eyang mengangguk-angguk mulai memahami persoalan Via. Namun, beliau belum menanggapi pertanyaan cucunya.
"Minum
obat dulu, ya. Nanti kita bicarakan hal ini," bujuk Eyang seraya
membantu Via minum obat. Sesekali terdengar helaan nafas panjangnya.
Pagi
tadi Eyang menyuruh Bi Jum, pembantunya mengantar Via berobat ke
Puskesmas. Sudah dua hari Via pilek. Biasanya Eyang sendiri yang
mengantar Via berobat. Namun tetangga sebelah meninggal. Eyang melayat
ke tetangga sebelah.
"Benarkah Bunda tidak mau mengasuh Via, Eyang?" desak Via penasaran.
Eyang menatap lembut cucunya yang sedang sedih dan gelisah. Dengan penuh kasih sayang tangannya yang keriput membelai Via.
"Apakah Via merasa begitu?"
Via
termenung. Ya, seperti ucapan Bi Jum ada benarnya juga. Bude Laras dan
Bulik Prita, saudara Bunda mengasuh sendiri anak-anaknya. Meskipun
mereka berdua juga bekerja di kantor. Sementara Via diasuhb Eyang.
"Bingung,
ya? Via, umumnya seorang anak memang tinggal bersama orang tuanya.
Namun karena alasan tertentu, ada juga anak yang tinggal dengan orang
lain."
"Dan alasan itu karena mereka tidak mau repot mengasuh anaknya, kan?" potong Via sengit.
"Mmm, sebaiknya Via cari tahu sendiri ya, jawabannya. Nanti Eyang beritahu caranya.
Via menatap Eyang tak berkedip. Dengan seyum tak tersunggingdi bibir, Eyang beranjak mengambil kertas dan bolpoin.
"Dulu,
kalau Eyang kecewa terhadap seseorang, Eyang menulis semua hal tentang
orang tersebut. Semua kenangan yang manis ataun pun yang tidak
menyenangkan. Biasanya begitu selesai menulis, hati Eyang lega. Pikiran
pun menjadi jernih. Sehingga Eyang bisa menilai orang itu dengan tepat.
Via mau mencoba cara ini? Tulisan kenangan tentang Bunda. Mudah-mudahan
Via akan menemukan jawaban. Eyang ke dapur dulu, ya."
Begitu Eyang
berlalu, Via meremas kertas. Untuk apa menulis kenangan tentang Bunda?
Bikin tambah kesal saja. Plung! Via melempar kertas ke tempat basah.
Langit
begitu biru. Via menatap gumpalan awan putih yang berarak. Dulu Bunda
bercerita awan itu berlari karena takut digelitik angin. Kenangan Via
kembali ke masa kecil. Bunda selalu mendongeng menjelang tidur. Bunda
selalu memandikan dan menyuapinya. Tugas itu tidak pernah digantikan
pembantu, meskipun Bunda juga bekerja di kantor.
Tiba-tiba jam
kerja Bunda bertambah , karena hari Sabtu libur. Bunda tiba di rumah
paling awal pukul 17.20. Kini Via lebih banyak bersama pembantu. Suatu
ketika Bunda pulang lebih awal karena tidak enak badan. Saat itu waktu
buat Via tidur siang. Namun pembantu mengajaknya main ke rumah tetangga.
Bunda marah dan pembantu ketakutan maka pembantu itu memilih untuk
keluar.
Sambil menunggu pembantu baru, Via ikut Bunda ke kantor
sepulang sekolah. Mula-mula semua berjalan lancar. Lalu Via mulai
sakit-sakitan. Akhirnya ia harus opname. Dokter menduga Via kurang
istirahat dan makan kurang teratur. Bunda menangis mendengarnya. Ia
merasa bersalah.
Eyang datang menawarkan diri mengasuh Via di
Salatiga. Via senang sekali. Ia tidak akan kesepian karena banyak
sepupunya yang tinggal tidak jauh dari rumah Eyang. Sebetulnya Bunda
keberatan. Namun demi kebaikan Via, Bunda pun rela.
Setiap awal
bulan Ayah dan Bunda bergantian ke Salatiga. Biasanya mereka tiba Minggu
pagi. Sore harinya mereka sudah kembali ke Bandung, karena besok
paginya harus ke kantor. Bunda pun selalu menyempatkan diri mengambil
rapor Via atau menemani Via ikut piknik sekolah. Saat ulang tahun Via,
Ayah dan Bunda cuti untuk merayakannya bersama.
Oleh: Mudjibah Utami
Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang pengertian kalimat deskriptif dan cara menganalisis unsur kebahasaan teks cerita pendek. Semoga apa admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentang teks cerpen. Selamat belajar, semoga bermanfaat, dan terima kasih.