ilmubindo.com | Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang cara menganalisis unsur kebahasaan teks cerita pendek dengan menggunakan majas. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang cara menganalisis unsur kebahasaan teks cerita pendek dengan menggunakan majas. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan belajar anak didik di sekolah, khususnya dalam menganalisis unsur kebahasaan teks cerita pendek dengan menggunakan majas.
Pengertian Majas
Majas merupakan pemanfaatan kata atau kalimat untuk memeroleh efek tertentu. Dengan majas, teks akan memiliki efek lebih indah, imajinatif, ataupun ekspresif. Berikut beberapa majas yang sering digunakan dalam cerpen.
www.ilmubindo.com
Pengertian Majas
Majas merupakan pemanfaatan kata atau kalimat untuk memeroleh efek tertentu. Dengan majas, teks akan memiliki efek lebih indah, imajinatif, ataupun ekspresif. Berikut beberapa majas yang sering digunakan dalam cerpen.
Jenis-Jenis Majas
1. Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan suatu hal secara kebalikan dengan maksud menyindir.
Contoh:
Manis sekali kopi ini, gula murah yah harganya.
2. Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang mengumpamakan benda mati sebagai manusia (person).
Contoh:
Daun kelapa di pantai itu, seakan-akan melambai padaku.
3. Metafora
Metafora adalah majas yang menggunakan perlambangan untuk menyatakan sesuatu.
Contoh:
Ayahnya bekerja membanting tulang demi masa depan anak-anaknya.
4. Simile
Simile adalah majas yang menyamakan suatu objek rumit dengan objek lain yang sederhana. Tujuannya adalah agar pembaca dapat membayangkan dengan jelas objek yang dimaksud.
Contoh:
Bentuk alisnya aneh, seperti semut besar berbaris.
5. Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang memberi makna secara berlebihan, fungsinya untuk menyatakan sesuatu dengan niat yang sangat kuat.
Contoh:
Suaranya menggelengar bagikan kilat yang akan menyambar.
6. Pleonasme
Pleonasme adalah majas yang menggunakan beberapa kata bersinonim secara bersamaan dalam satu kalimat. Fungsinya adalah memberi penekanan yang luar biasa pada suatu bagian.
Contoh:
Anak Kepala Desa sangat amat cerdas sekali.
7. Litotes
Litotes adalah majas yang merendah-rendahkan diri sendiri agar terkesan tidak sombong.
Contoh:
Maaf, kawan. Saya hanya dapat membawakan bingkisan sekadarnya.
8. Eufimisme
Eufimisme adalah majas yang menghaluskan kata-kata yang dianggap kasar atau kurang sopan.
Contoh:
Sejak bulan lalu, aku dibebastugaskan.
9. Repetisi
Repetisi adalah majas perulangan kata, frasa, atau kalimat yang dianggap penting. Fungsinya untuk memberi tekanan pada bagian yang diulang.
Contoh:
Aku pergi tanpamu, Aku datang tanpamu, Aku memetik gitar tanpamu, Aku hidup tanpamu, Aku mati tanpamu.
Contoh Cerpen:
Ibuku Sekuntum Cempaka
dari Kepur
dari Kepur
Aku mengangguk. Sejak mendengar ibuku menangis tengah malam, gara-gara Nenek tidak menyukainya di rumah ini, tindakanku selalu ragu-ragu. Aku takut dimarahi nenek. Belakangan ini nenekku sangat cerewet. Seolah-olah beliau menghendaki kami segera meninggalkan rumah limas besar. Nenek tidak mau diganggu.
"Maman, kau belum mengambil keranjang rotan yang tergantung itu?"
Aku menggelang.
"Ambil kursi!"
"Maman, kau belum mengambil keranjang rotan yang tergantung itu?"
Aku menggelang.
"Ambil kursi!"
Aku
berlari ke arah kursi setelah memahami maksudnya. Ia menuyuruhku
mengambil keranjang rotan. Nenek tidak mau lagi menolongku. Dengan susah
payah aku menyeret kursi berukir dekat meja makan ke bawah keranjang
rotan.
"Hati-hati, Maman, nanti lecet kursi antikku!" pekik Nenek.
Aku
menoleh dan kulihat muka Nenek tidak manis, justru masam. Mengapa Nenek
memusuhi aku? Apakah kesalahanku selama ini? Hatiku menjadi sedih. Saat
itu aku ingin sekali dekat dengan Ibu.
Lepas
magrib Ibu dan Ayah pulang dari sawah Nenek dan Kakek. Keduanya
membantu mengolah sawah tanpa mendapat bagian padi. Hal ini termasuk
kewajiban anak dan menantu di dalam keluarga.
"Kau sudah makan, Maman?" tanya Ibu begitu tiba di rumah.
"Belum, Bu."
"Belum? Mengapa?
"Nenek
tidak mau menolong mengambilkan keranjang. Aku sendiri tidak dapat
menjangkau tempat makanku. Nenek menyuruhku menggunakan kursi antiknya,
tetapi aku tidak boleh menyeret benda mahal itu. Kata Nenek, kursi
antiknya tidak boleh lecet."
"Tak apa-apa, nenekmu sedang sakit, Nak."
Sekali
lagi ibuku memaafkan tindakan Nenek meskipun mengetahui buah hatinya
kelaparan sejak pukul 6 pagi sampai lepas magrib. Ibu memelukku
kuat-kuat sambil membisikkan kata-kata manis untuk menghibur hatiku yang
tersinggung. "Man, jangan kau ceritakan kepada ayahmu kejadian di rumah
hari ini, ya sayang?"
"Mengapa, Bu?"
"Kasihan ayahmu lelah di sawah. Jangan kau susahkan hatinya. Kita tidak boleh menambah berat bebannya."
"Buuu ...," aku tidak melanjutkan kalimatku.
"Hmmm, apa, Nak?"
"Oh, tidak, Bu, tak apa-apa."
Keesokan
harinya, usai salat subuh kudengar orang bertengkar di paun. Yang
disebut paun oleh penduduk dusun Tanjung Serian ialah seluruh ruangan
yang ada di sekitar dapur. Aku berlari ke pintu tengah, antara ruang
besar dan paun. kulihat Nenek berkacak pinggang sedang memberondong Ayah
dengan kata-kata pedas dan kasar.
"Keluarkan ranjang jati dari kamar yang kalian tunggu!"
"Baik, sekarang juga aku akan keluarkan."
Ayah bergegas menuju kamar yang mereka tunggu. Ibu terkejut.
"Ada apa, Abang?"
"Mak meminta ranjang jati ini, Rum."
"Oh ya, kasihan saja, Bang." Suara Ibu tetap tenang.
Aku
tidak melihat suatu perubahan pada air mukanya. Ucapannya sesuai dengan
kata hatinya.Nenek menuju kamar yang ditempati ayah dan ibu. Sambil
berkacak pinggang, dia membentak, "Segera keluarkan ranjang jati itu!"
Hari
itu kakek sedang ke kota Palembang menemui sahabatnya, seorang
pedangang tembakau yang kaya raya. Mereka akan kerja sama mendirikan
perusahaan angkutan.
Ayah
membongkar ranjang jati yang mereka pakai sejak menikah 10 tahun yang
lalu. Aku pun lahir di ranjang itu. Ibu melipat selimut dan kain seprei
tanpa rasa masgul, tanpa sakit hati, karena ranjang jati yang bagus itu
memang bukan kepunyaan ibu dan ayah.
"Kakek kan baik pada Ibu."
"Semua isi rumah ini baik pada kita, Nak."
"Nenek?"
"Nenekm pun baik."
"Nenek ..., baik. Bu?" desakku.
"Memang baik, Man."
Aku tegang. Di mana pun berada ibuku tidak pernah menjelek-jelekkan mertuanya.
Dikutip dari Kumpulan Cerpen Ibu,
pengarang Aksara
Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang cara menganalisis unsur kebahasaan cerita pendek menggunakan majas. Semoga artikel yang admin bagikan ini dapat bermanfaat khususnya peserta didik yang mencari referensi tentang unsur kebahasaan teks cerpen menggunakan majas. Terima kasih.