Cara Membaca Cerpen dengan Lafal, Intonasi, dan Ekspresi yang Tepat

ilmubindo.com_ Kali ini admin akan membagikan langkah-langkah bagaimana cara membaca cerpen dengan lafal, intonasi, dan ekspresi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Semoga materi yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang cara membaca cerpen dengan lafal, intonasi, dan ekspresi. Harapannya materi ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah. Selamat belajar dan semoga sukses.

Cara Membaca Cerpen dengan Lafal, Intonasi, dan Ekspresi yang Tepat
www.ilmubindo.com

Cerpen (cerita pendek) merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel. Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. 

Intonasi adalah kerja sama antara nada, tekanan, durasi, dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur, dari awal hingga perhentian yang terakhir. Jadi unsur-unsur yang terpenting dalam intonasi adalah tekanan, nada, durasi, dan perhentian. 

Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa mengucapkan bunyi bahasa. Suatu kata dapat diucapkan secara berbeda-beda oleh beberapa orang, tergantung dari latar belakang mereka, tempat tinggal mereka, pendidikan mereka. Setiap suku kata dilafalkan berdasarkan satuan suara.

Ekspresi adalah pengungkapan atau suatu proses dalam mengutarakan maksud, perasaan, gagasan dan sebagainya. Semua pikiran dan gagasan yang ada dalam pikiran seorang sebaiknya diekspresikan dalam bentuk nyata sehingga bisa dirasakan manfaatnya. Ekspresi adalah hasil menifestasi dari emosi.

Di Balik Awan

Di balik awan. Kumenunggu itu datang. Kutatap langit berharap itu terjadi. Berharap dan terus berharap. Mimpi kecil yang masih berada di balik awan. Agar awan itu pindah dan mimpiku bisa jadi kenyataan.

Terlalu konyol kukatakan, tetapi itulah kenyataannya. Aku bernama Nur Faida, bisa dipanggil Faida. Aku ingin sekali mimpi kecilku itu terwujud. Aku sudah menunggu dari kecil hingga sekarang sudah kelas 3 SMP. Entah kenapa aku ingin sekali mimpi kecilku itu terwujud dan sekarang mimpi kecilku itu menjadi kenyataan.

Hari Jumat sepulang sekolah aku pandang langit yang bersahabat denganku. Aku berlari secepat mungkin karena aku tidak mau temanku, Ninda memelukku dan aku tidak mau menjadi kue bercampur kopi. Begitulah masa remaja menurutku. Setiap ada teman berulang tahun pasti ujung-ujungnya orang yang berulang tahun itu akan ditaburi dan dilempari terigu, air, dan telur. Oleh karena itu, jadilah kue dan tidak lupa disiram kopi. Aku beruntung sekali tidak terkena semua itu.

Kami sekelas pergi ke rumah Ninda. Saat kulihat Ninda, ada rasa iri di diriku. Sejak kecil ulang tahunku tidak pernah dirayakan oleh teman-temanku. Aku pernah merayakan ulang tahunku, tetapi hanya satu kali. Itupun aku rayakan bersama keluarga. Aku ingin sekali ulang tahunku dirayakan oleh teman-teman semua. Aku selalu menunggu sampai sekarang ini. Aku paham bahwa tanggal lahirku selalu bertepatan dengan bulan puasa. Jadi, ulang tahunku sulit untuk dirayakan. Akan tetapi, aku ingin sekali ulang tahunku itu dirayakan walau ditunda waktunya.

Di rumah Ninda kami semua menunggu dua teman kami yang akan membawa kue ulang tahun untuk Ninda. Banyak kegiatan yang temanku lakukan saat menunggu dua teman kami dan juga Ninda yang sedang mandi. Ada yang berbincang-bincang, main bersama, dan perbaiki jilbab.

Tidak lama kemudian, Atul dan Dilah datang membawa kue ulang tahun berbentuk segi empat untuk Ninda. Teman-temanku pun menancapkan lilin. Betapa senangnya Ninda akan perayaan ulang tahunnya ini.

"Happy birthday, Ninda!" sorak semua temanku saat Ninda turun dari tangganya.

Ninda pun bergabung dengan kami semua. Kami menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan Ninda meniup lilin. Kemudian, Ninda memotong kue ulang tahun yang dibeli dari kumpulan uang semua teman di kelas. Selanjutnya, kami memakan kue ulang tahun itu.

Beberapa waktu kemudian, Wawa, Ina, dan Icha yang sudah kuanggap sahabat menancapkan lilin lebih dari delapan dengan api yang sudah berada di pucuknya dan menghampiriku.

"Faida! Selamat ulang tahun, ya. Ulang tahunmu belum dirayakan waktu itu, kan?" kata Wawa yang berada di depanku dengan membawa kue ulang tahun.

Mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan aku meniup lilinnya. Aku sangat gembira sekaligus terharu. Aku ingin sekali menangis karena terlalu senang. Akan tetapi, kutahan air mataku agar tidak menangis. Wawa mencolek kue itu dan mengusapkannya ke mukaku. Astaga, dengan cepat aku membalasnya. Akhirnya, kerudung kami menjadi kotor.

Alhamdulilah, akhirnya mimpi kecilku sudah terwujud. Selang beberapa hari setelah itu Wawa dan Ina memberi kado ulang tahun untukku. Aku sangat senang karena sekian lama kumenunggu akhirnya terwujud juga. Aku sangat bersyukur karena mimpi kecilku itu sudah terwujud. Mimpi yang dulunya berada di balik awan sekarang sudah menjadi kenyataan. Itulah mimpi kecilku, ingin merayakan ulang tahun dan diberi kado oleh teman-temanku. (Karya: Nur Faida).

Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang cara membaca cerpen dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Semoga materi yang admin bagikan kali ini bermanfaat buat kemajuan belajar anak didik di sekolah. Semoga bermanfaat dan terima kasih.