Cara Menceritakan dan Manfaat Dongeng dalam Kehidupan Sehari-Hari

ilmubindo.com_ Kali ini admin akan membagikan langkah-langkah dan manfaat dongeng dalam kehidupan sehari-hari. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang teks dongeng. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan anak didik di sekolah, khususnya dalam memahami materi teks dongeng. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Cara Menceritakan dan Manfaat Dongeng dalam Kehidupan Sehari-Hari
www.ilmubindo.com

Mendongeng dilakukan secara spontan, dengan:
1. urutan peristiwa isi dongeng
2. kejelasan suara dalam mendongeng
3. kejelasan pengucapan suku kata/lafal
4. intonasi dan pengucapan narasi dalam dialog
5. gerak penyerta (akting) dan mimik

Berikut ini adalah cara-cara menceritakan garis besar isi dongeng:
1. baca dengan cermat sampai selesai
2. ulangi pembacaan tahap demi tahap kemudian tulis intinya
3. tulis cerita sesuai urutan kejadian/kronologis secara rinci sehingga membentuk cerita singkat

Manfaat dongeng dalam kehidupan sehari-hari:
1. sebagai sarana pendidikan, budi pekerti, dan moral
2. sebagai kebijaksanaan: akan mengambil hikmah dari pesan moral yang terkandung dari pesan dongeng supaya hidup kita bercermin dari amanat cerita tersebut.
3. sebagai penuntun: maksudnya kita harus pandai-pandai membaca dan menggali, mengambil hikmah dari dongeng-dongeng yang diwariskan nenek moyang kita.
4. sebagai teladan: meneladani tokoh-tokoh yang baik dari dongeng-dongeng yang baik.

Contoh Dongeng:

Pangeran Suta dan Raja Bayang

Riau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Sumatera. Dahulu, di daerah ini pernah berdiri sebuah kerajaann yang sangat terkenal, bernama kerajaan Indragiri. Awal berdirinya kerajaan ini tidak dapat dipastikan. Namun, awal pemerintahan kerajaan Indragiri dapat diketahui dari raja pertama yang memerintah yaitu Raja Kecik Mambang atau Raja Merlan I (1298-1933 M). Kerajaan Indragiri berdiri selama 6 abad (1298-1945 M). Selama periode tersebut, telah berkuasa 25 orang raja/sultan. Sultan Hasan Salehuddin Keramatsyah adalah salah seorang di antaranya. Ia merupakan Sultan Indragiri ke-13 dan memerintah pada tahun 1735-1765 M. Yang berkedudukan di Jayapura.
Konon, pada masa itu, Sultan Hasan memiliki seorang putri yang sangat cantik, bernama Raja Halimah. Kecantikan Putri Raja Halimah masyhur sampai ke berbagai negeri. Pada suatu hari, datanglah seorang raja yang bernama Raja Bayang, berasal dari sebuah negeri yang sangat jauh ingin melamar Raja Halimah. Namun, lamaran tersebut ditolak oleh Sultan Hasan, sehingga Raja Bayang memorak-porandakan Kerajaan Indragiri. Sultan Hasan beserta keluarga dan seluruh pasukannya terpaksa mengungsi ke Gaung. Dalam pengungsiannya, Sultan Hasan mendengar kabar bahwa ada seorang pangeran yang memiliki pengalaman perang dari negeri Jambi, Pangeran Suta namanya. Ia pun segera mengundang Pangeran Suta untuk diajak berunding tentang bagaimana cara mengusir Raja Bayang dan pasukannya dari negeri Indragiri. Bagaimana perundingan antara Sultan Hasan dan Pangeran Suta? Bersediakah Pangeran Suta membantu Sultan Hasan untuk mengusir Raja Bayang dan pasukannya? Ingin tahu jawabannya? Ikuti kisahnya dalam cerita rakyat Pangeran Suta dan Raja Bayang berikut ini.
Alkisah, pada suatu masa Kerajaan Indragiri diperintah oleh Sultan Hasan Salehuddin Keramatsyah yang berkedudukan di Jayapura. Sultan Hasan adalah seorang raja yang sangat adil dan bijaksana. Selama masa pemerintahannya, seluruh rakyat negeri hidup damai, aman, dan sentosa. Selain adil dan bijaksana, ia juga memiliki seorang putri yang cantik jelita, bernama Raja Halimah. Kecantikannya pun terkenal hingga ke berbagai negeri.
Pada suatu hari, datanglah seorang anak yang bernama Raja Bayang  ke Kerajaan Indragiri. Ia didampingin oleh tiga orang saudara laki-lakinya yang bernama Raja Hijau, Raja Mestika, dan Raja Lahis. Keempat anak raja itu datang lengkap dengan pengiring dan balatentara yang gagah perkasa.
Kedatangan mereka membuat gempar rakyat negeri Indragiri. Perilaku mereka sungguh tercela dan tidak senonoh. Mereka memorak-porandakan kampung-kampung di negeri itu. Tanaman tebu dan pisang semua habis mereka tebas dengan golok. Binatang-binatang ternak penduduk seperti ayam, itik, kambing, dan kerbau lari berhamburan keluar dari kandang. Anak-anak dara berkerubung kain sarung tidak berani keluar rumah. Mereka takut pada keberingasan Raja Bayang dan pasukannya yang bertindak semena-mena.
Sultan Hasan sangat sedih dan risau mendengar kekacauan yang ditimbulkan oleh Raja Bayang dan balatentaranya. Dipanggilnyalah seluruh menteri kerajaan untuk bermusyawarah menghadapi bahaya yang datang mengancam. "Wahai, para menteriku! Bagaimana kita menghadapi kekuatan Raja Bayang dan balatentaranya?" tanya Raja Hasan kepada para menterinya, "Ampun, Baginda Raja! Pasukan Raja Bayang yang terlalu kuat untuk kita lawan. Mereka sangat tangguh dan sudah terbiasa hidup dalam rimba," jawab salah seorang menteri sambil menyembah. "Benar, Baginda! Sebaiknya kita tunggu apa yang dikehendaki oleh anak raja itu," tambah menteri yang lainnya. " Baiklah, kalau begitu!" jawab sang Raja dengan tenang.
Beberapa hari kemudian, datanglah rombongan Raja Bayang di Jayapura. Meskipun Raja Hasan merasa jengkel kepada Raja Bayang yang telah membuat kekacauan itu, Raja Hasan tetap menyambutnya dengan sopan. "Hai, Raja Bayang! Apa maksud kedatanganmu ini?" tanya Raja Hasan. "Aku ke sini untuk meminang Putrimu," jawab Raja Bayang dengan angkuhnya. Pinangan Raja Bayang di tolak mentah-mentah oleh Raja Hasan. "Wahai, Raja Bayang! Ketahuilah! Aku tidak ingin bermenantukan anak seorang raja sepertimu. Kamu datang ke wilayah kekuasaanku dengan cara sembrono. Aku tidak rela putriku yang lemah lembut itu bersanding dengan kamu yang kasar dan tak mengenal adab."
Raja Bayang sangat marah mendengar jawaban itu. Wajahnya tiba-tiba berubah menjadi merah bak terbakar api. "Hai, Raja Bodoh! Kamu akan menyesal karena telah menolak penanganku," ancam Raja Bayang lalu pergi meninggalkan istana Jayapura.
Tak berapa lama, Raja Bayang kembali bersama balatentaranya dengan persenjataan lengkap. Kemudian mereka menyerang Kerajaan Indragiri. Tak ayal lagi, Kerajaan Indragiri diporak-porandakan dalam waktu yang singkat. Walaupun Raja Hasan telah mengerahkan seluruh pasukan Kerajaan Indragiri, mereka tidak mampu menandingi kekuatan pasukan Raja Bayang. Oleh karena itu, Raja Hasan dan pasukannya terpaksa meninggalkan Jayapura, menyingkir ke suatu tempat yang bernama Gaung.
Dalam pengungsian itu, Raja Hasan mengumpulkan para menterinya untuk merebut kembali Kerajaan Indragiri dari tangan Raja Bayang.
"Ampun, Baginda! Prajurit istana banyak yang tewas dalam pertempuran. Kekuatan kita semakin sedikit," kata seorang menteri.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Raja Hasan.
"Ampun, Baginda Raja! Hamba pernah mendengar bahwa ada seorang pangeran dari negeri sebelah timur yang baik kelakuannya dan telah berjasa kepada negeri Jambi. Mengenai kemampuannya, sudah tidak diragukan lagi. Banyak sudah laut yang ia layari, pulau yang ia singgahi, daratan yang ia jelajahi, dan luka badan yang ia rasai dari medan pertempuran," jelas seorang menteri yang lain.
"Siapa namanya?" tanya Raja Hasan penasaran.
"Ampun, Baginda! Hamba tidak tahu persis namanya. Tapi, orang-orang menyebutnya Pangeran Suta,"jawab menteri itu.
Setelah melakukan perundingan, akhirnya mereka sepakat untuk mengutus Datuk Tumenggung mencari Pangeran Suta. Keesokan harinya, usai berpamitan pada Raja Hasan, berangkatlah Datuk Tummenggung dengan sebuah kapal kecil dan Gaung berlayar ke laut lepas. Setelah berhari-hari berlayar, sampailah ia di perairan Jambi. Di sana ia mendapat keterangan bahwa Pangeran Suta sedang berada di Selat Malaka mengusir gerombolan lanun atau bajak laut.
Beberapa kali Datuk Tumenggung berlayar mengitari Selat Malaka untuk mencari Pangeran Suta. Akhirnya pada suatu, ia berhasil menemuinya. Ia pun menceritakan kesulitan yang tengah dihadapi rajanya. "Hai, Pangeran Suta! Kami sudah mendengar tentang kehebatan Pangeran. Raja kami mengharap kesediaan Pangeran untuk membantu raja kami," kata Datuk Tumenggung. "Baiklah, saya bersedia untuk membalas malu yang telah ditanggung rajamu itu," jawab Pangeran dengan ramah. Setelah Pangeran Suta menyatakan kesediannya, berangkatlah Datuk Tumenggung dan Pangeran Suta berserta pasukannya ke Gaung.
Sesampainya di Gaung, Sultan Hasan menyambut Pangeran Suta dengan sangat gembira. Setelah menjamu sebaik-baiknya, Sultan Hasan dan menteri-menterinya melakukan perundingan dengan Pangeran Suta.
Keesokan harinya, Pangeran Suta mulai mempersiapkan alat-alat perang. Ia juga melatih prajurit Indragiri, hingga mereka yang semula berkecil hati karena menderita kekalahan, kembali bersemangat. Pasukan Pangeran Suta yang sudah terlatih dalam perang baik di darat maupun di laut segera menduduki Sungai Indragiri. Selanjutnya pasukan tersebut mendarat dan bersama-sama dengan prajurit berangkat menuju Jayapura.
Pertempuran sengit pun terjadi, karena dua kekuatan yang sama-sama tahan uji berlaga dengan sekuat tenaga. Pertempuran itu berlangsung selama beberapa hari. Pasukan Raja Bayang mulai kewalahan. Banyak di antara balatentaranya yang tewas dan luka-luka. Alat-alat perang mereka pun rusak berantakan. Raja Bayang dan ketiga saudaranya mundur ke pedalaman. Walaupun Raja Bayang dan balatentaranya sudah mundur ke hutan, Pangeran Suta tetap memerintahkan pasukannya untuk mengejar mereka.
Pasukan Raja Bayang kocar-kocir tak tentu arah. Mereka terus di buruh oleh pasukan Pangeran Suta. Akhirnya mereka pun kehabisan bekal makanan, kehilangan senjata, dan tenaga. Balatentara yang terluka pun semakin parah. Keberanian mereka telah surut tanpa bekas.
Keempat anak raja yang sombong itu kemudian pulang ke negerinya menempuh perjalanan jauh dengan menanggung rasa malu karena kekalahan yang sangat besar.
Pasukan Pangeran Suta segera kembali ke Jayapura. Utusan pun dikirim Gaung untuk menjemput Sultan Hasan kembali ke istana Jayapura. "Wahai, Pangeran Suta! Oleh karena engkau telah berjasa terhadap negeri ini, maka sebagai balasannya, aku nikahkan engkau dengan putriku, Raja Halimah," kata Raja Hasan kepada Pangeran Suta. "Terima kasih, Baginda Raja!" jawab Pangeran Suta dengan senangnya.
Seminggu sebelum pesta pernikahan dimulai, seluruh rakyat negeri tampak sibuk. Mereka sibuk membersihkan, memerbaiki, dan menghias istana dengan aneka umbul-umbul. Jalan-jalan mereka rapikan, taman-taman mereka hijaukan, dan lapangan pun dipersiapkan untuk aneka pertunjukkan dalam acara pernikahan Pangeran Suta dan Raja Halimah. Setelah itu Pangeran Suta dinobatkan sebagai Raja Jayapura. Maka lengkaplah kebahagian mereka. Rakyat negeri pun kembali aman, damai, dan makmur.

Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang cara menceritakan dan manfaat dongeng dalam kehidupan sehari-hari. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam memahami lebih dalam tentang cara membaca dan manfaat dongeng dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat dan terima kasih.