Langkah-Langkah Menyusun Tanggapan Terhadap Buku Fiksi dan Nonfiksi

ilmubindo.com | Tuliskan langkah-langkah menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi! Nah, pada kesempatan kali ini admin akan membagikan langkah-langkah menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang langkah-langkah menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi. Dan semoga, apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami langkah-langkah menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi.

Langkah-Langkah Menyusun Tanggapan Terhadap Buku Fiksi dan Nonfiksi
www.ilmubindo.com

Di bawah ini adalah beberapa langkah-langkah dalam menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi. Adapun beberapa langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Bacalah buku dengan saksama sampai tuntas.
  2. Tandai bagian-bagian buku yang dianggap menarik untuk ditanggapi.
  3. Susunlah tanggapan secara objektif dengan alasan logis dan masuk akal.
  4. Baca ulang tanggapan, perbaiki jika ada kesalahan
Penulis: Agnes Davonar
Penerbit: Inandra Published
Tahun Terbit: 2008
Jumlah Halaman: 232

Buku ini mengisahkan ulang cerita pilu seorang gadis bernama Keke atau Gita Sesa Wanda Cantika. Ia terkena penyakit yang terbilang langka bernama Rabdosmiosarkoma atau yang dalam bahasa awam dikenal dengan nama kanker jaringan lunak. Keke sendiri merupakan pasien pertama di Indonesia yang terdeteksi penyakit tersebut. Hal ini yang menjadikan kisahnya sangat menggugah. Keke divonis terjangkit penyakit tersebut di usia 13 tahun dan hanya dalam jangka waktu 5 hari saja! Kanker jaringan lunak tersebut perlahan merubah wajah belia Keke. Ia menjadi seseorang yang tak dikenali lagi sebab wajahnya menjadi sesuatu yang tak elok dipandang mata. Bagi anak-anak, mungkin wajah Keke tersebut akan dipanggilnya rupa monster.

Buku ini didasarkan pada kisah nyata. Sang penulis mengemas perjuangan Keke melawan kanker tersebut dengan baik. Meskipun pada beberapa bagian ia terlalu memaksakan pesan moral masuk pada dialog beberapa tokoh sehingga mengacaukan setting. Namun, buku ini tetap memberi spirit utamanya bagi generasi muda bahwa seberapapun cobaannya, kita harus berani berdiri dan menghadapinya.

Perjuangan Kekek sempat berbuah manis, sebab tim dokter berhasil menyembuhkan penyakitnya. Hal ini menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi dunia kedokteran di Indonesia pada saat itu dan menjadi buah bibir di negara lain. Banyak yang bertanya bagaimana bisa penyakit ganas tersebut ditaklukkan. Polemik tersebut akhirnya mendapat jawaban, sebab Keke hanya "sembuh sementara". Beberapa saat setelah ia menjalani pengobatan, kanker ganas itu bertamu kembali dan sekali lagi menyerang tubuh dan semangatnya. Keke pun menyadari, waktu hidup tak bisa diulur lagi dengan obat dan lain-lainnya. Benar saja, ia meninggal pada tanggal 26 Desember di tahun 2006. Sebelum meninggal, ia sempat menuliskan surat. Surat ini kemudian yang mengilhami judul "Surat Kecil untuk Tuhan". Berikut ini adalah petikan surat Keke tersebut:

Andaikan ,..... semua dapat terulang kembali,
Tetapi pernahkah Anda berfikiran tentang itu?
Pernahkah Anda mengira-ngira apa yang terjadi
Jika semuanya dapat terulang kembali?
Dalam novel ini, Agnes Davonar menekankan makna sebuah waktu kehidupan di dunia ini.
Kisah nyata gadis berusia 13 tahun bertahan hidup dari kanker ganas paling mematikan di dunia.

Tuhan .........
Andai aku bisa kembali 
Aku tak ingin ada tangisan di dunia ini
Tuhan ........
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi yang sama terjadi padaku
Terjadi pada orang lain
Tuhan .........
Bolehkah aku menulis Surat Kecil Untuk-Mu?
Tuhan ..........
Bolehkah aku memohon satu hal kecil pada-Mu?
Tuhan ..........
Biarkanlah aku bisa dapat melihat dengan mataku
Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya

Jika di telaah, buku ini memang menarik. Bukan hanya berbicara persoalan derita seseorang, tetapi juga memperlihatkan sebuah perjuangan sekaligus kepasrahan pada Sang Pencipta. Penulis novel ini berhasil menyampaikan kisah Keke dengan baik. Selain Keke, tokoh lain di dalam kisah ini antara lain ayah Keke sendiri, sahabat-sahabat Keke yakni Fadha, Maya, Shifa, Ida, dan Andhini, ada pula Dr. Adhi, Dr. Mukhlis, Andi, Pak Iyus. Karena ini berdasar pada kisah nyata, maka tokoh tersebut semua nyata. Mungkin hal ini yang membuat watak para tokoh tergambar dengan jelas.

Secara umum, novel ini layak dibaca. Alur yang digunakan adalah campuran yakni maju dan mundur. Sementara itu setting cerita antara lain rumah Keke, sekolah, rumah sakit dan juga beberapa potongan kejadian di sebuah villa. Penulis menggunakan sudut pandang cerita orang pertama. Jadi, saat membaca buku ini kita seolah sedang mendengarkan Keke bercerita kisahnya sendiri. Adapun pemilihan bahasa yang dipakai penulis cukup ringan sehingga novel ini bisa dibaca untuk umum. Novel ini juga banyak menyisipkan nilai moral dan nilai agama. Tentu hal ini merupakan pembelajaran yang baik bagi pembaca.

Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang langkah-langkah menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi. Semog apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam memahami langkah-langkah menyusun tanggapan terhadap buku fiksi dan nonfiksi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.