Penceritaan Kembali Isi Cerita Imajinasi (Tertulis dan Lisan) : Bahasa Indonesia Kelas VII

ilmubindo.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan langkah-langkah penceritaan kembali isi cerita imajinasi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII revisi terbaru. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang langkah-langkah penceritaan kembali isi cerita imajinasi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Dan harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam memahami langkah-langkah penceritaan kembali isi cerita imajinasi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang diberikan oleh Bapak dan Ibu Guru.

Penceritaan Kembali Isi Cerita Imajinasi (Tertulis dan Lisan) : Bahasa Indonesia Kelas VII

Banyak cerita imajinasi yang dapat kita baca. Setelah membaca cerita imajinasi, kita dapat menceritakan kembali cerita imajinasi baik secara tertulis maupun secara lisan.

A. Cerita Imajinasi Tertulis

Cara mudah untuk menulis kembali sebuah cerita imajinasi secara tertulis sebagai berikut.

  1. Membaca cerita imajinasi dengan saksama.
  2. Menentukan peristiwa-peristiwa yan terdapat dalam cerita imajinasi.
  3. Mengembangkan peristiwa-peristiwa tersebut menjadi sebuah cerita imajinasi dengan kalimat sendiri.

B. Cerita Imajinasi Lisan

Isi cerita imajinasi dapat diceritakan secara lisan. Sebelum bercerita, kita harus memahami unsur-unsur intrinsik cerita imajinasi yang bersangkutan. Adapun cara yang bisa kita gunakan adalah sebagai berikut.

1. Membaca keseluruhan kisah dalam cerita imajinasi

Kita harus membaca atau mendengarkan dengan saksama pembacaan cerita imajinasi. Sebaiknya, kita membaca atau mendengarkan cerita imajinasi dari awal hingga akhir, jangan sepenggal-penggal. Jika membaca atau mendengarkan cerita imajinasi sepenggal-penggal, kita tidak dapat memahami isi cerita secara utuh.

2. Mencatat tokoh-tokoh dalam cerita imajinasi

Cerita imajinasi memiliki beberapa tokoh. Tokoh-tokoh dalam cerita imajinasi terdiri atas tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis. Cerita imajinasi menampilkan kisah dari tokoh yang dapat dijadikan suatu nasihat atau pendidikan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

3. Mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam cerita imajinasi

Peristiwa-peristiwa penting akan menunjukkan tahap-tahap alur. Peristiwa dalam cerita imajinasi disebut kejadian. Peristiwa merupakan sesuatu yang terjadi, dialami, dan mengandung tindakan tokoh. Kalimat-kalimat yang menunjukkan peristiwa merupakan kalimat yang mengandung tindakan tokoh. Banyak peristiwa ditampilkan dalam cerita imajinasi, tetapi tidak semua peristiwa tersebut berfungsi sebagai pendukung alur. 

Oleh karena itu, peristiwa-peristiwa dalam cerita imajinasi dibedakan menjadi peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan.

a. Peristiwa Fungsional

Peristiwa fungsional merupakan peristiwa-peristiwa yang menentukan dan memengaruhi perkembangan plot atau alur. Urutan-urutan peristiwa fungsional merupakan inti cerita yang bersangkutan. Oleh karena itu, peristiwa-peristiwa fungsional dalam cerita imajinasi tidak boleh dihilangkan. Jika dihilangkan, cerita menjadi tidak logis.

b. Peristiwa Kaitan

Peristiwa kaitan merupakan peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa penting dalam urutan penyajian peristiwa. Peristiwa kaitan kurang mempengaruhi pengembangan alur sehingga jika peristiwa tersebut dihilangkan tidak akan memengaruhi inti cerita.

c. Peristiwa Acuan

Peristiwa acuan adalah peristiwa yang secara tidak langsung berhubungan atau berpengaruh dengan perkembangan alur, tetapi mengacu unsur-unsur lain. Peristiwa acuan dapat dihilangkan dalam cerita imajinasi.

4. Mencatat latar cerita imajinasi

Cerita imajinasi menyajikan tempat, waktu, dan suasana cerita. Keterangan tempat dalam cerita imajinasi, misalnya di kerajaan, di hutan, di laut, di sekolah, di kantor, di pasar atau di jalan. Sementara itu, keterangan waktu pada cerita imajinasi misalnya pada suatu hari, hari Minggu, malam hari, atau pagi hari, bahkan periode sejarah secara singkat. Keterangan suasana misalnya sepi, ramai, sedih, atau gembira.

5. Menceritakan kembali cerita imajinasi berdasarkan tokoh, peristiwa, dan latar yang telah dicatat

Cerita imajinasi yang telah dibaca dapat diceritakan kembali dengan memahami cerita, tokoh, latar, dan peristiwa-peristiwa yang telah dicatat. Ceritakan isi cerita imajinasi dengan menggunakan kalimat sendiri. Namun, nama. latar, dan peristiwa pada cerita imajinasi tidak boleh diubah.

6. Memperhatikan penampilan dan gerakan tubuh

Cerita imajinasi yang telah dibaca dapat diceritakan isinya dengan gaya yang tidak dibuat-buat. Gunakan gerakan tubuh lain (wajah, mata, lengan) untuk mendukung cerita.Akan tetapi, ingat jangan menggunakan gerakan tubuh berlebihan (over acting).

7. Memerhatikan intonasi, irama, artikulasi, dan lafal

Cerita imajinasi yang telah kita baca dapat kita ceritakan kepada orang lain dengan menggunakan intonasi, irama, artikulasi, dan pelafalan jelas. Intonasi, irama, artikulasi, dan pelafalan bertujuan memperkuat isi cerita.

8. Menceritakan bagian pembuka, inti, dan penutup secara runtut

Kita harus menceritakan isi cerita imajinasi secara runtut. Jangan menceritakan isi cerita imajinasi secara sepenggal-penggal. Penceritaan isi cerita imajinasi yang tidak runtut dapat menyebabkan jalan cerita berbeda-beda dengan cerita imajinasi yang dibaca.

9. Mengakhiri dengan penutup cerita santun

Setelah selesai menceritakan isi cerita imajinasi kepada orang lain, jangan lupa menutup cerita. Kita dapat menutup cerita dengan menyampaikan amanat atau nasihat dalam cerita imajinasi. Sertai ajakan jika nasihat itu pantas menjadi teladan. Sebaliknya, sertai imbauan pelarangan jika perbuatan tokoh cerita tidak pantas dicontoh.