Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contoh Komplikasi dalam Struktur Teks Cerpen

ilmubindo.com | Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang pengertian, ciri-ciri, dan contoh komplikasi dalam struktur teks cerpen. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang pengertian, ciri-ciri, dan contoh komplikasi dalam struktur teks cerpen. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi kemajuan dan perkembangan belajar anak didik dalam memahami pengertian, ciri-ciri, dan contoh komplikasi dalam struktur teks cerpen. 

Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contoh Komplikasi dalam Struktur Teks Cerpen
www.ilmubindo.com

Pengertian Komplikasi

Komplikasi adalah Bagian kedua dari struktur teks cerpen. Struktur komplikasi memuat masalah atau konflik yang terdapat dalam cerita. Konflik dapat berkaitan langsung dengan tokoh atau konflik yang terjadi di lingkungan sekitar tokoh (tidak berkaitan langsung dengan tokoh).

Ciri-Ciri Komplikasi

Adapun ciri-ciri dari struktur teks cerpen bagian komplikasi adalah sebagai berikut
  1. Memuat masalah/konflik yang terdapat dalam cerita.
  2. Konflik berkaitan langsung dengan tokoh
  3. Konflik yang terjadi di lingkungan sekitar tokoh tidak berkaitan langsung
  4. Berisi urutan kejadian 
  5. Setiap kejadian hanya dihubungkan secara sebab-akibat
Contoh Komplikasi Cerpen
 
Komplikasi 1
 
Dengan geram, ayahku  mencabut parang bungkul yang tergantung di pinggangnya. Senjata tajam itu diayunkan, dan ... bummmmm! Sekali tebas, pohon pisang yang cukup besar dan tinggi itu jatuh terjungkal ke tanah.

Sejak, ayah meneliti potongan pisang itu. Aku ikut mendekat. Terlihat getah pada potongan tandan itu masih segar. Mungkin belum seperempat jam pencuri itu meninggalkan kebun.

Ayah segera bangkit dan menyusuri bekas tapak-tapak kaki yang ditinggalkan si pencuri pisang.

Dengan cermat, ayah mengikuti setiap bekas kaki pada rumput-rumput yang rebah karena terinjak. Sementara itu matahari sudah bergerak perlahan di sebelah barat.

Aku tahu, ayah sangat marah karena dirinya merasa dilecehkan. Harga dirinya merasa terhina oleh orang yang telah lancang mengambil hasil kebunnya dengan seenaknya. Hal itulah yang sangat mengusik perasaannya.

Komplikasi 2

Waktu kecil aku sudah pandai memanjat pohon, tapi aku tidak pernah ada kesempatan memanjat pohon jeruk itu. Aku sering mencoba memanjat, tapi nenek selalu saja melarangku.

"Hamzah, jika kamu ingin jeruk, tak usah memanjat sendiri. Biar pamanmu saja yang memetikkan," kata nenek suatu hari.

"Kenapa, Nek?" tanyaku

"Nanti jatuh. Kamu kan masih kecil," kata nenek beralasan.

Pamanku memang ahli dalam urusan panjat-memanjat pohon. Ia mendapatkan upah dengan memetik buah kelapa karena memang itulah pekerjaannya sehari-hari. Bahkan pamanku itu terkenal berani memanjat pohon meskipun ada binatang penyengatnya. Aku memanggil pamanku itu julak. Julak dalam bahasa Banjar sama artinya dengan paman. Ia adalah kakak dari ibuku.

Nenek dan julakku tahu benar ciri-ciri jeruk yang siap petik. Menurut mereka, jeruk yang sudah tua terasa berat karena sudah banyak mengandung air dan warna kulitnya kekuning-kuningan. Sebaliknya bila masih terasa ringan dan berkulit hijau tua, itu pertanda bahwa jeruk itu masih muda, dan rasanya pun sangat kecut.

Komplikasi 3

"Aku setuju," sahut Burhan bersemangat. "Masa aku diberinya gelar si Kuda Nil," kata anak yang bertubuh gemuk itu dengan nada jengkel.

"Ya, aku juga diberinya gelar yang tidak enak didengar. Wajar saja kalau kita keroyok beramai-ramai.

Biar anak kota itu tahu bahwa anak-anak desa ini bukan penakut!" sambut Rasidi.

"Aku juga sependapat. Masa kita dilecehkan oleh anak pendatang. Ini tidak dapat dibiarkan," sahut yang lain.
 
"Betul. Kita hajar saja beramai-ramai agar anak sombong itu tahu bahwa anak-anak desa juga punya harga diri," Samad menimpali.
 
"Akuuur!" ujar anak-anak Desa Pisangan yang bagian sudah duduk di kelas enam sekolah dasar itu serempak seperti buah koor.
 
Hanya Basri saja yang sejak tadi belum mengeluarkan sepatah kata pun. Anak itu tampak menggut-manggut sambil tersenyum -senyum.
 
Komplikasi 4

Sebuah jukung atau sampan kecil selalu setia menemaninya melintasi alur sungai yang mengalir sepanjang tahun. Di alur sungai itulah ia dan anak sulungnya mengais rezeki dengan cara menjala ikan.
 
Bakul sangu sudah kau bawa, Dul?"
 
"Sudah , Bah."
 
Perlahan-lahan, kedua anak-beranak itu pun menuju hilir. Pak Saberi berdiri tegak di haluan. Di bahu kanannya tersangkut jala yang siap ditebarkan. Seperti biasa, telukan demi telukan tidak luput dari tebaran jala orang tua itu. Ia sangat hafal kawasan-kawasan sungai yang banyak ikannya karena hampir setiap hari pekerjaan itu mereka lakukan. Dulah pun semakin cekatan mengatur atau mengendalikan posisi jukung dengan pangayuhnya.

Matahari semakin berajak naik. Jukung kecil dan ramping itu terus menghilir. Entah sudah berapa kali pengayuh disaukkan dan jala ditebarkan. Tapi hari ini tidak seperti biasanya. Hingga menjelang tengah hari, belum ada seekor ikan pun yang tersangkut di benang jala. Tebaran jalanya lebih sering menjaring sampah atau daun-daun yang jatuh ke dalam sungai.

Jika banyak sampah yang terperangkap atau ada benang jala yang putus, Dulah segera merapatkan jukung ke sisi sungai. Kemudian, Pak Saberi pun harus membersihkan jalanya atau merajut kembali benang-benang yang putus. Meski pun begitu, orang tua itu tidak pernah mengeluh. Ia mengerjakannya dengan sabar dan cermat. Sementara Dulah yang duduk di buritan jukung pun menunggu dengan sabar.

Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang pengertian, ciri-ciri, dan contoh komplikasi dalam struktur teks cerpen. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam memahami pengertian, ciri-ciri, dan contoh komplikasi dalam struktur teks cerpen. Selamat belajar, semoga bermanfaat, dan terima kasih.