ilmubindo.com | Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang pengertian dan jenis-jenis sudut pandang dalam teks cerpen. Semoga apa yang
admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi
tentang pengertian dan jenis-jenis sudut pandang dalam teks cerpen. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan
dampal positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak
didik dalam memahami pengertian dan jenis-jenis sudut pandang dalam teks cerpen.
Pengertian Sudut Pandang (point of view)
Sudut Pandang (point of view)
adalah cara pandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita. Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya
terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya.
Jenis-Jenis Sudut Pandang (point of view)
Berikut ini beberapa sudut pandang yang dapat digunakan pengarang dalam bercerita.
1. Sudut Pandang Orang Pertama
Sudut
pandang orang pertama sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti
aku dan saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat dalam cerita
dan bertindak sebagai tokoh cerita.
2. Sudut Pandang Orang Ketiga
Sudut
pandang orang ketiga sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti
orang ketiga seperti dia, ia, atau nama orang yang dijadikan sebagai
titik berat cerita.
3. Sudut Pandang Pengamat Serba Tahu
Sudut
pandang pengamat serba tahu dalam hal ini pengarang bertindak
seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah
laku tokoh.
4. Sudut Pandang Campuran (Sudut pandang orang pertama dan pengamat serba tahu)
Sudut
Pandang Campuran (Sudut pandang orang pertama dan pengamat serba tahu).
Pengarang mula-mula menggunakan sudut pandang orang pertama.
Selanjutnya, serba tahu dan bagian akhir kembali ke orang pertama.
Jenis-Jenis Sudut Pandang Teks Cerpen
Berikut ini beberapa sudut pandang yang dapat digunakan pengarang dalam teks cerpen.
1. Sudut Pandang Orang Pertama sebagai Pelaku Utama
Dalam
sudut pandang teknik ini, si 'aku' mengisahkan berbagai peristiwa dan
tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri
sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang diluar dirinya.
Si 'aku' menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu
yang diluar diri si 'aku', peristiwa, tindakan, dan orang. Diceritakan
hanya jika berhubungan dengan dirinya, disamping memiliki kebebasan
untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang
demikian si 'aku' menjadi tokoh utama (first person central).
Contoh:
Pagi
ini begitu cerah hingga mampu mengubah suasana jiwaku yang tadinya
penat karena setumpuk tugas yang masih terbengkelai menjadi sedikit
teringankan. Namun, aku harus segera bangkit dari tidurku dan bergegas
mandi karena pagi ini aku harus meluncur ke Kedubes Australia untuk
mengumpulkan berita yang harus segera aku laporkan hari ini juga.
2. Sudut Pandang Orang Pertama sebagai Pelaku Sampingan
Dalam
sudut pandang ini, tokoh 'aku' muncul bukan sebagai tokoh utama,
melainkan sebagai tokoh tambahan (first personal peripheral). Tokoh
'aku' hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh
cerita yang dikisahkan itu kemudian 'dibiarkan' untuk mengisahkan
sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita hanya dibiarkan berkisah
sendiri itulah yang kemudkan menjadi tokoh utama, sebab dialah yang
lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan
berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis,
si 'aku' tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan
demikian si 'aku' hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap
berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si 'aku' pada
umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
Contoh:
Deru
beribu-ribu kendaraan yang berlalu-lalang serta amat membisingkan
telinga menjadi santapan sehari-hariku setelah tiga bulan aku tinggal di
kota metropolitan ini. Memang tak mudah untuk menata hati dan diriku
menghadapi suasana kota besar, semacam Jakarta, bagi pendatang seperti
aku. Dulu, aku sempat menolak untuk dipindahkan ke kota ini. Tapi, kali
ini aku tak kuasa untuk menghindar dari tugas ini, yang konon katanya
sangat dibutuhkan untuk ikut memajukan perusahaan tempatku bekerja.
Ternyata
bukan hanya aku saja yang mengalami mutasi kali ini. Praba, teman satu
asramaku, juga mengalami hal yang sama. Kami menjadi sangat akrab karena
merasa satu nasib, harus beradaptasi dengan suasana kota Jakarta.
"Aku
bisa stress kalau setiap hari harus terjebak macet seperti ini. Apakah
tidak ada upaya Pemkot DKI untuk mengatasi masalah ini! Rasanya,
mendingan posisiku seperti dulu asal tidak di kota ini!" umpatnya.
3. Sudut Pandang Orang Ketiga Serba Tahu
Dalam
sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut 'dia', namun pengarang,
narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh 'dia'
tersebut. Narator mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan
tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakangi. Ia bebas bergerak
dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita,
berpindah-pindah dari tokoh 'dia' yang satu ke 'dia' yang lain,
menceritakan atau sebalikya 'menyembunyikan' ucapan dan tindakan tokoh,
bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan
motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
Contoh:
Sudah
genap satu bulan dia menjadi pendatang baru di komplek perumahan ini.
Tapi, belum satu kali pun dia terlihat keluar rumah untuk sekadar
beramah-tamah dengan tetangga yang lain, berbelanja, atau apalah yang
penting dia keluar rumah.
"Apa
mungkin dia terlalu sibuk, ya?" celetuk salah seorang tetangganya.
"Tapi, masa bodoh! Aku tak rugi karenanya dan dia juga tak akan rugi
karenaku."
Pernah
satu kali dia kedatangan tamu yang kata tetangga sebelah adalah
saudaranya. Memang dia sosok introvert, jadi walaupun saudaranya yang
datang berkunjung, dia tidak bakal menyukainya.
4. Sudut Pandang Orang Ketiga Sebagai Pengamat
Dalam
sudut pandang 'dia' terbatas, seperti halnya dalam 'dia' mahatahu,
pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan
dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh
saja atau terbatas hanya dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita
mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh 'dia', namun mereka
tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya
tokoh pertama.
Contoh:
Entah
apa yang terjadi dengannya. Datang-datang ia langsung marah. Memang
kelihatannya ia punya banyak masalah. Tapi kalau dilihat dari raut
mukanya, tak hanya itu yang ia rasakan. Tapi sepertinya ia juga sakit.
Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat, dan rambutnya kusut berminyak
seperti satu minggu tidak terbasuh air. Tak satu pun dari mereka berani
untuk menegurnya, takut menambah amarahmya.
Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang pengertian dan jenis-jenis sudut pandang dalam teks cerpen. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan belajar anak didik dalam memahami pengertian dan jenis-jenis sudut pandang dalam teks cerpen. Semoga bermanfaat dan terima kasih.