ilmubindo.com | Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang unsur intrinsik teks cerpen. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang unsur intrinsik teks cerpen. Dan harapannya apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan belajar anak didik dalam memahami unsur intrinsik teks cerpen. Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Teks cerpen memuat unsur-unsur pembangun cerita. Unsur pembangun cerita tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Nah, pembahasan kita kali ini adalah tentang unsur pembangun teks cerpen dari dalam yang sering kita sebut sebagai unsur ekstrinsik cerpen. Adapun unsur intrinsik cerpen adalah unsur yang membangun karya sastra cerpen dari dalam. Untuk lebih jelasnya, silakan kalian simak penjelasannya satu per satu di bawah ini.
Unsur Intrinsik Cerpen
1. Tema
Tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema dapat bersinonim dengan ide utama dan tujuan utama. Jadi, tema merupakan gagasan dasar umum, dasar cerita sebuah karya yang digunakan untuk mengembangkan cerita.
Tema yang sering diangkat dalam karya adalah masalah kehidupan. Masalah tersebut berupa pengalaman bersifat individual dan sosial. Contoh tema yang diangkat, antara lain cinta, kesetiakawanan, dan keadilan.
2. Latar
Latar adalah landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
a. Latar tempat
Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.
b. Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.
c. Latar sosial
Latar sosial menyaran pada unsur-unsur yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap.
3. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Pelukisan gambaran tokoh cerita ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan aspek yang dilakukan dalam tindakan.
4. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita.
5. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita. Pesan dalam sebuah cerita mencerminkan pandangan hidup pengarang. Pesan yang ingin disampaikan pengarang disebut pesan moral. Pesan moral tersebut dapat berupa penerapan sikap dan tingkah laku para tokoh yang terdapat pada sebuah cerita. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh tersebut diharapkan dapat menyajikan hikmah.
6. Alur
Alur adalah peristiwa yang jalin-menjalin berdasarkan urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasarkan urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalinan berbagai peristiwa baik secara lurus maupun secara sebab-akibat membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi.
Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang unsur intrinsik teks cerpen. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami unsur intrinsik teks cerpen. Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Tema yang sering diangkat dalam karya adalah masalah kehidupan. Masalah tersebut berupa pengalaman bersifat individual dan sosial. Contoh tema yang diangkat, antara lain cinta, kesetiakawanan, dan keadilan.
2. Latar
Latar adalah landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
a. Latar tempat
Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.
b. Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.
c. Latar sosial
Latar sosial menyaran pada unsur-unsur yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap.
3. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Pelukisan gambaran tokoh cerita ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan aspek yang dilakukan dalam tindakan.
4. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita.
5. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita. Pesan dalam sebuah cerita mencerminkan pandangan hidup pengarang. Pesan yang ingin disampaikan pengarang disebut pesan moral. Pesan moral tersebut dapat berupa penerapan sikap dan tingkah laku para tokoh yang terdapat pada sebuah cerita. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh tersebut diharapkan dapat menyajikan hikmah.
6. Alur
Alur adalah peristiwa yang jalin-menjalin berdasarkan urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasarkan urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalinan berbagai peristiwa baik secara lurus maupun secara sebab-akibat membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi.
Contoh Teks Cerpen
Mbok Jah
Sudah
dua tahun, baik pada lebaran maupun Sekaten, Mbok Jah tidak "turun
gunung" keluar dari desanya di bilangan Tepus, Gunung Kidul untuk
berkunjung ke rumah bekas majikannya, keluarga Mulyono di kota. Meskipun
sudah berhenti karena usia tua dan capek menjadi pembantu, Mbok Jah
tetap memelihara hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga itu.
Dua puluh tahun telah dilewatinya untuk bekerja sebagai pembantu di
rumah keluarga yang sederhana dan sedang-sedang saja kondisi ekonominya.
Gaji yang diterimanya tidak pernah tinggi, cukup saja, tetapi perlakuan
yang baik dari seluruh keluarga itu telah memberi rasa aman, tenang,
dan tenteram.
Buat
seorang janda yang sudah terlalu tua untuk itu, apalah yang dikehendaki
lagi selain atap untuk berteduh dan makan serta pakaian yang cukup.
Lagi pula anak tunggalnya yang tinggal di Surabaya dan menurut kabar
hidup berkecukupan, tidak mau lagi berhubungan dengannya. Tarikan dan
pelukan istri dan anak-anaknya rupanya begitu erat melengket hingga
mampu melupakan ibunya sama sekali. Tak apa, hiburnya. Di rumah keluarga
Mulyono ini dia merasa mendapat semuanya. Akan tetapi, waktu dia mulai
merasa semakin renta, tidak sekuat sebelumnya, Mbok Jah merasa dirinya
menjadi beban keluarga itu. Dia merasa menjadi buruh tumpangan gratis
dan harga dirinya memberontak terhadap keadaan itu. Diputuskannya untuk
pulang ke desanya.
Dia
masih memiliki warisan sebuah rumah desa yang meskipun sudah tua dan
tidak terpelihara akan dapat dijadikannya tempat tinggal di hari tua.
Dan juga tegalan barang sepetak dua petak masih ada juga. Pasti semuanya
itu dapat diaturnya dengan anak jauhnya di desa. Pasti mereka semuanya
dengan senang hati akan menolongnya mempersiapkan semua itu. Orang desa
semua tulus hatinya. Tidak seperti kebanyakan orang kota, pikirnya.
Sedikit-sedikit duit, putusnya.
Maka
dikemukakannya ini kepada majikannya, Majikannya beserta seluruh
anggota keluarganya yang hanya terdiri dari suami istri dan dua orang
anak protes keras dengan keputusan Mbok Jah. Mbok Jah sudah menjadi
bagian yang nyata dan hidup sekali di rumah tangga ini, kata Ndoro
Putri. Selain itu, siapa yang akan mendampingi si Kedono dan si Kedini
yang sudah beranjak dewasa., desah Ndoro Kakung. "Wah sepi lho, Mbok,
kalau tidak ada kamu. Lagi, pula siapa yang dapat bikin sambel terasi
yang begitu sedap selain kamu, Mbok " tukas Kedini dan Kedono.
Pokoknya
keluarga majikan tidak mau ditinggalkan oleh Mbok Jah. Tetapi,
keputusan Mbok Jah sudah mantap. Tidak mau menjadi beban sebagai kuda
tua yang tidak berdaya. Hingga jauh malam mereka tawar-menawar.
Akhirnya, diputuskan suatu jalan tengah. Mbok Jah akan turun gunung dua
kali dalam setahun, yaitu pada waktu Sekaten dan waktu Idul Fitri.
Mereka
lantas setuju dengan jalan tengah itu. Mbok Jah menepati janjinya.
Waktu Sekaten dan Idul Fitri, dia memang datang. Seluruh keluarga
Mulyono senang setiap kali dia datang. Bahkan, Kedono dan Kedini selalu
rela ikut menemaninya duduk-duduk menglesat di halaman masjid kraton
untuk mendengarkan suara gamelan Sekaten yang hanya bersembunyi
tang-tung-tang-tung-grombyang itu. Malah lama kelamaan mereka dapat ikut
larut dan menikmati suana Sekaten di amsjid itu.
"Kok suaranya aneh ya, mbok. Tidak seperti gamelan kelenengan biasanya."
"Ya, tidak Gus, Den Rara. Ini gending keramatnya Kanjeng Nabi."
"Lha, ya tidak. Kalau mau mendengarkan dengan nikmat, pejamkan mata kalian. Nanti kalian akan dapat masuk.'
Mereka menurut. Dan betul saja, lama-lama suara gemelan Sekaten itu enak juga didengar.
Selain
Sekaten dan Idul Fitri itu, peristiwa menyenangkan dengan kedatangan
Mbok Jah ialah oleh-oleh Mbok Jah dari desa. Terutama jadah yang halus,
bersih, dan gurih. Kehebatan Mbok Jah menyambal terasi pun juga tak
kunjung surut.
Dikutip dari Buku Kreatif Berbahasa dan Bersastra Indonesia.
Penerbit:Ganeca
Demikianlah yang dapat admin bagikan tentang unsur intrinsik teks cerpen. Semoga apa yang admin bagikan ini dapat memberikan dampak positif yang baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami unsur intrinsik teks cerpen. Semoga bermanfaat dan terima kasih.