Cara Menulis Cerita Inspiratif Dilengkapi Contohnya | Bahasa Indonesia Kelas IX (Revisi K13)

ilmubindo.com | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan materi seputar cara menulis cerita inspiratif dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX revisi terbaru. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang cara menulis cerita inspiratif dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Dan harapannya, apa yang admin bagikan kali ini dapat memberikan dampak baik bagi perkembangan dan kemajuan belajar anak didik dalam memahami dan membuat teks cerita inspiratif yang diberikan oleh Bapak dan Ibu Guru di sekolah.

Cara Menulis Cerita Inspiratif Dilengkapi Contohnya | Bahasa Indonesia Kelas IX (Revisi K13)

A. Pengertian Teks Cerita Inspiratif

Teks cerita inspiratif adalah cerita atau kisah masa lalu yang bisa menginspirasi seseorang untuk melakukan hal yang sama, terutama yang menyangkut keberhasilan dan kesuksesan tokoh-tokoh terdahulu. Sebagai contoh Diego Maradona yang kini sudah menjadi legenda sepak bola mampu memberikan inspirasi bagi Lionel Messi dan Ronaldo yang kini sudah menjadi pemain bola terbaik. Hasilnya kini, Lionel dan Ronaldo menajadi pemain sepak bola yang terkenal dan sukses, bahkan melebihi Diego Maradona. Teks cerita inspirasi akan mampu memberikan pengaruh berupa semangat dan kekuatan untuk melalukan atau membuat sesuatu bagi seseorang yang membaca atau mendengarnya.

B. Cara Menulis Teks Cerita Inspiratif

Menulis cerita inspiratif itu mudah. Ide cerita diambil berdasarkan kisah nyata, baik kisah sendiri maupun kisah orang lain. Tidak harus mengarang dan menyambung-nyambungkan konflik demi konflik sebagaimana yang biasa dilakukan saat menulis karya fiksi.

Berikut cara yang perlu kita perhatikan dalam menulis cerita inspiratif.

1. Tentukan tema dan amanat

Pilihlah tema tertentu yang mampu memberi inspirasi bagi pembaca, seperti ketulusan orang tua pada anak, kejujuran seseorang dalam berbagai hal, dan lain-lain. Jadi, jika ingin teks cerita inspiratif tentang ketulusan orang tua pada anak, fokuskan ceritamu pada ide tersebut. Apabila tidak fokus, cerita inspiratif tidak akan menarik.

Selanjutnya, tentukan pesan apa yang ingin disampaikan. Sebelum menulis, pastikan kalian sudah tahu pesan dan amanat yang  ingin kalian sampaikan kepada pembaca. Setiap cerita inspiratif bertujuan berbagai kekuatan dan hikmah. Tentukanlah hikmah seperti apa yang ingin kita ungkapkan, misalnya hikmah di balik kesulitan, hikmah di balik ketulusan orang tua, atau hikmah dari penyakit yang diderita. Menentukan pesan sebelum menulis dapat memperkuat cerita tersebut sehingga nantinya jalan cerita tidak akan melenceng ke mana-mana.

2. Buat kerangka kisi cerita

Kerangka isi ini akan membantu tulisan agar tidak melebar ke mana-mana. Contohnya adalah pembukaan menceritakan diri sendiri, kemudian menceritakan awal kisah, konflik, penyelesaian masalah sampai dengan hikmah yang dapat dipetik.

3. Buat paragraf awal yang menarik

Terkadang, perlu pemikiran keras untuk mengawali kalimat dalam proses penulisan. Banyak penulis sering memberi kalimat pembuka dengan percakapan pendek atau kalimat "bombastis" yang akan membuat pembaca ingin mengetahui jalan ceritanya.Selain itu, bisa juga dengan menggunakan cara yang lain. Jika kamu menyukai puisi, berilah puisi pendek di bawah judul. Biasanya trik seperti ini berhasil menarik perhatian pembaca.

4. Gunakan bahasa yang ringan dan mengalir

Menulis cerita inspiratif tidak sama dengan menulis karya sastra yang bisa menggunakan bahasa-bahasa sulit. Usahakan bahasanya sederhana, tetapi tetap bisa menyentuh. Hal ini dilakukan agar cerita inspiratif yang ditulis sesuai dengan tujuannya, yaitu berbagi hikmah dan kekuatan. Usahakan penuturan kita juga mudah dicerna pembaca dan hindari penuturan yang bertele-tele.

5. Libatkan emosi secukupnya

Perlu ditegaskan lagi bahwa tujuan dari cerita inspiratif adalah berbagai kekuatan dan hikmah. Intinya, cerita harus bisa menginspirasi pembaca. Sekarang, coba kalian ingat kembali cerita inspiratif yang pernah kalian baca sebelumnya. Manakah dari beberapa cerita inspiratif yang beredar di toko buku.

Apakah cerita itu hanya menyajikan data tanpa adanya unsur perasaan di dalamnya? Tentu saja tidak, cerita dengan pelibatan emosi akan lebih menarik dan menyentukh hati. Namun, cerita yang terlalu mengumbar emosional juga akan terdengar seperti merengek dan mengeluh. Jadi, lakukanlah seperlunya.

6. Ending (akhir cerita) harus istimewa

Jika permulaan baik, awal kalimat akan lancar, tetapi jika tidak memberi kesan pada beberapa paragraf akhir, pembaca tidak bisa membawa hikmah cerita inspiratif tersebut. Dengan begitu, bisa dikatakan cerita inspiratif itu gagal dan tidak mencapai tujuan.

7. Pemilihan judul luar biasa penting

Judul adalah hal yang pertama dibaca oleh calon pembaca. Jika judul dibuat biasa-biasa saja padahal kisahnya bagus, tak jarang orang akan malas membaca. Pilihlah judul yang memikat, enak dibaca, dan memberi kesan mendalam. 

C. Contoh Teks Cerita Inspirasi

Kisah Ewindha Sari Berbisnis Tas dengan
Bermodalkan Rp 300 Ribu hingga Beromzet Miliaran

Membangun bisnis pastinya tak semudah yang dibayangkan banyak orang, berbagai rintangan, dan tantangan pasti menghampiri seorang pebisnis hingga bisnisnya tumbuh pesat dan berkembang. Hal ini juga dialami oleh Ewindha Sari pengusaha jual beli tas dengan omzet miliaran rupiah. Hanya dengan modal bisnis Rp 300 ribuan, ia mampu lho menghasilkan cuan yang luar biasa.

Cara yang cukup berani saat mendirikan sebuah usaha sendiri bagi Ewindha Sari kala itu. Gak seperti dibayangkan sejak awal memulai berbisnis, jatuh bangun pun ia alami kala itu hingga akhirnya kini sukses sebagai seorang pengusaha.

Bukan hanya itu, seorang pebisnis juga harus memiliki mental yang kuat dalam menghadapi persaingan bisnis, fluktuasi perjalanan bisnis, hingga yang paling ditakuti adalah gulung tikar atau bisnis tersebut bangkrut.

Kreativitas dan juga jeli melihat peluang pasar menjadi sebuah keahlian yang perlu dimiliki seorang pengusaha.

Seperti Ewindha Sari, perempuan kelahiran Kediri pada Maret 1986 ini sukses membangun bisnis bersama pasangan hidupnya Dwisoko Adinugroho. Dua sejoli ini sukses mendirikan brand tas lokal yakni Gotosovie yang hanya mengeluarkan modal bisnis cuma Rp 300 ribu.

Siapa sangka, pada penghujung tahun 2008 kala itu, Ewindha bertemu dengan Dwisoko yang sedang mengalami permasalahan bisnis yakni pecah kongsi dengan rekan bisnisnya.

Tak mau larut dalam keadaan, keduanya membangun bisnis melalui media online sejak saat itu melalui platfrom yang banyak digunakan oleh masyarakat yakni Multiply.com dan Forum Jual Beli Kaskus.

“Pertengahan 2009 di saat Facebook (FB) masuk dengan pesat di Indonesia. Kami memanfaatkan Platform FB untuk media jualan. Di platform FB ini adalah titik awal bisnis online saya semakin pesat. Selanjutnya Instagram, dan sampai sekarang,” ujar Ewindha kepada Moneysmart.id.

Ewindha bercerita, dalam membangun bisnis kala itu dirinya tidak paham jika bisnis yang dijalankan harus tahu tanggal dan tahun berdirinya, sebab saat itu dirinya fokus berbisnis untuk menyambung hidup.

Hal itu bukan tanpa alasan, sejak lulus kuliah dari Universitas UPN Jawa Timur jurusan Ekonomi Manajemen, Ewindha belum mendapatkan pekerjaan apapun. 

“Karena fokus kami hanya menyambung hidup, mendapatkan uang. Yang notabene kami berada pada titik nol. Saya lulus kuliah belum mendapat pekerjaan. Dan Mas Dwisuko mengalami bangkrut dan pecah kongsi,” ungkapnya.Secara perlahan, bisnis yang digeluti keduanya mulai bertumbuh, hingga pada Januari 2010 menjadi tahun penetapan brand Gotosovie berdiri. Berkat modal binis dan tekad yang dimiliki, ia bersama sang pasangan berhasil membangun Gotosovie.

Namun uniknya, sejak 2010 itu Gotosovie tidak langsung menjual produk tas, tetapi menjual produk berupa frame karton yang dibuat secara handmade dengan design custom.

“Selanjutnya kami menjual produk laci dari karton. Dan sampai akhirnya kami memilih fokus ke satu jalur yaitu fashion, bag. Dengan segmentasi tetap sama, yaitu perempuan,” ujar Ewindha.

Setelah menetapkan segmen bisnis yang jelas dan produk yang dihasilkan, Ewindha bersama dengan suaminya mulai berjualan tas, akan tetapi saat itu belum diproduksi secara mandiri karena keterbatasan modal. Modal bisnis yang saat itu belum memadai buat membesarkannya, ia pun melakukan memberanikan diri buat menjalani usahanya.

Berjalan sukses, dan permintaan konsumen semakin meningkat dari hari ke hari, akhirnya Ewindha memberanikan diri untuk produksi secara mandiri, uniknya produksi ini dilakukan secara otodidak dengan menggabungkan keahlian Ewindha dalam hal riset dan latar belakang ilmu sang suami dalam bidang arsitek.

“Karena permintaan semakin banyak. Kami mencoba membuat design tas sendiri. Kami mencoba design secara otodidak. Dari kemampuan saya yang memang suka searching perihal fashion. Dan mas Dwisuko yang merupakan lulusan arsitek yang tidak asing lagi dengan dunia design,” urai Ewindha.

Merintis bisnis Gotosovie bukan tanpa tantangan, lahir dari keluarga yang notabene bukan keluarga pebisnis menjadi sebuah hal baru. Berkat memiliki passion dalam berbisnis dan memiliki pengetahuan cukup soal bisnis ia pun mantap nih membuat Gotosovie.

“Personally, saya bukan anak lahir dalam lingkungan orang tua berbisnis. Tapi saya tahu, passion saya adalah jualan. Kalau suami, bukan juga dari orang tua pebisnis. Tapi keluarganya sering menjual makanan, tapi dalam bentuk bisnis tradisional yang sederhana. Jadi, kami adalah seseorang yang benar–benar membuka sendiri pengetahuan tentang entrepreunership yang lebih modern dan punya goal kedepan,” kata Ewindha.

Sepanjang perjalanan bisnis, pada tahun 2012 akhir sampai 2013 akhir adalah fase yang tidak pernah terlupakan oleh Ewindha dan suaminya.

Di tahun ke 4 bisnis berjalan, bisnisnya mengalami kegagalan dalam hal leadership, yaitu cara mengelola team.

“Ditinggal belasan team penjualan dan hanya tersisa 4 saja, dan kami harus memulai dari awal lagi menjalaninya,” ucap Ewindha.

Membangun usaha tentunya diperlukan modal bisnis pada tahap awal, Ewindha mengatakan modal yang dikucurkan bersama suminya tidak signifikan, karena bersamaan dengan menyambung hidup.

“Sejujurnya, saya lupa modalnya berapa. Yang jelas di rekening terakhir saya hanya Rp 300 ribu. Dan suami Rp 1,8 juta. Tapi itupun hanya kami pakai untuk makan aman selama dua bulan. Mungkin kalau nominal bisa dibilang Rp nol Ditambah modal komputer dan kamera DSLR. Maka dari itu setiap gambar yang kami jual cukup bagus. Sehingga diminati banyak orang. Dan alat-alat tersebut memang alat penyelamat kami,” jelas Ewindha.

Tak hanya memiliki fasilitas produksi sendiri, Gotosovie saat juga memiliki kurang lebih 40 karyawan. Dan memproduksi hampir 2.000 produk di setiap bulannya.

Sedangkan dari sisi sebaran produk, sudah tersebar di seluruh Indonesia dengan rata-rata harga per item Rp 350.000.

“Dan pasar yang mendominasi adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta, Yogyakarta, Sumatra, Kalimantan. Dan selanjutnya disusul daerah Indonesia selain di atas. Untuk pasar Luar Negeri adalah, Hongkong serta beberapa customer dari Malaysia,” ungkapnya.

Ewindha menjelaskan, dalam bisnis tas dan aksesoris terdapat tren demand yang selalu ada dari tahun ke tahun.

“Misal di bulan menjelang lebaran, akhir tahun, end of session dari sebuah design adalah waktu terbaik untuk penjualan. Omzet selalu tidak sama dari bulan ke bulan, tetapi Gotosovie selalu berada pada angka milaran rupiah per tahun,” jelasnya.

Dari sisi porsi penjualan, pasar online menjadi yang paling utama dengan presentase mencapai 90 persen.

“tetapi 3 bulan terakhir kami pindah kantor + showroom mulai memfokuskan penjualan offline. Terutama untuk customer yang berkenan melihat langsung produk. Fokus kami kedepan adalah membuat experience store.

Untuk e- commerce kami menggunakan platform besar seperti Tokopedia dan Shopee,” papar Ewindha.

Sementara itu, Ewindha mengatakan, terdapat tiga kiat khusus dalam berbisnis yakni Persistence, Curious, Learning. Menurutnya, tiga hal tersebut adalah modal dasar untuk seorang pebisnis.

Tak hanya itu, untuk menjadi seorang pebisnis juga jangan terlalu banyak perencanaan, sebab jika terlalu banyak perencanaan maka eksekusi ide akan terhambat.

“Lebih baik, jika punya persiapan 70 persen lakukan saat itu juga. Selanjutnya bisa learning by doing. Dalam menjalankan bisnis pasti perlu improvement. Sebesar apapun bisnis itu. Karena bisnis itu dinamis. Asal mau belajar dan mengikuti trend yang terjadi, pasti bisa survive,” terangnya.

Kisah Ewindha Sari bisa kamu resapi nih sebagai inspirasi dalam memulai berbisnis. Dengan modal bisnis yang terbatas, Ewindha Sari bersama pasangan mampu menghasilkan omzet hingga miliaran rupiah

Sumber referensi: lifepal.co.id